Istilah “Serumpun” sarat dengan persamaan baik budaya maupun bahasa. Itulah setidaknya landasan dan motivasi berkumpulnya sekitar 200 mahasiswa dari Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura dalam “Seminar Penulisan Putra-Putri Nusantara” (SERUMPUN2).
Acara yang diselenggarakan sekelompok mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam Forum Tarbiyah (FOTAR) IIUM dibuka oleh Minister Konselor KBRI KL, Suryana Sastraduredja, Atase Pendidikan KBRI KL, Prof. Rusdi, MA.,Ph.D, serta Pejabat Dewan Pustaka dan Bahasa, Dr. Awang Sariyan.
Yang cukup menarik adalah kehadiran empat orang penulis dari 3 negara semakin menambah kehikmatan acara. Salim A. Fillah (Indonesia), Suratman Markasan (Singapura), Ummu Hani (Malaysia), dan Dr. Zabrina A. Bakar (Malaysia) adalah empat orang sastrawan yang telah melahirkan karya-karya best seller di masing-masing Negara.
Baik KBRI KL maupun Dewan Pustaka dan Bahasa Malaysia sangat mengapresiasi dan menyambut positif acara SERUMPUN ini. Bahkan, pihak KBRI berharap acara semacam ini kembali digelar dengan menyertakan Philipina Selatan dan Thailand Selatan yang sama-sama memiliki kedekatan dalam penuturan bahasa.
Di samping itu, KBRI mendorong agar acara semacam ini lebih diluaskan lagi, baik secara aksi maupun lingkup. Hal ini mengingat peran mahasiswa sebagai pelapis kedua dalam diplomasi (second track diplomacy) menjadi sangat penting untuk dikembangtumbuhkan. Tentunya masukan demikian telah dan akan menjadi pertimbangan dalam program kerja Forum Tarbiyah (FOTAR) IIUM sebagai penyelenggara acara SERUMPUN2 ini.
Sementara itu, Hambari Nursalam, yang juga Ketua Umum FOTAR IIUM merasa puas dan bersyukur atas terselenggaranya acara SERUMPUN2 tahun ini. Hal senada juga disampaikan oleh Muhammad Hadi, Ketua Panitia SERUMPUN2 yang berhasil mendatangkan narasumber dari 3 negara, Indonesia, Malaysia, dan Singapura.
Seminar SERUMPUN2 tahun ini memang berbeda dibandingkan sebelumnya karena turut melibatkan Singapura dan Brunei di samping pihak Indonesia dan Malaysia sebagai panitia penyelenggara. Pada kesempatan ini, Salim A. Fillah (Indonesia), Suratman Markasan (Singapura), Ummu Hani (Malaysia), dan Dr. Zabrina A. Bakar (Malaysia) menjadi narasumber yang secara mendalam mengupas motivasi menjadi penulis buku.
Sebelum diakhiri, Ayahanda Suratman Markasan, yang saat ini berusia 82 tahun, memberikanÉ pesan kepada generasi muda terkait dengan upaya mencari inspirasi menulis, yaitu dengan banyak Membaca, Menelaah, Berpikir, dan Mencipta (3M1P) serta Jujur, Ikhlas, Sabar, Tawakkal, dan Ridha. Semua sikap itulah, yang menurut beliau, merupakan prinsip utama yang harus melekat dalam benak setiap penulis.
Menulis bagian Dakwah
Salim A. Fillah dalam diskusinya mendeskripsikan hakikat menulis berdasarkan Surat Yusuf ayat 108, yakni:
Pertama, menulis adalah bagian dari jalan dakwah yang panjang. Menulis bisa jadi memberikan dampak yang panjang. Sehingga tak banyak orang suka menulis buku sastra popular.
Kedua, menulis adalah misi menuju kebaikan, baik pribadi maupun lingkungan. Sehingga, menulis memerlukan mujahadah yang tinggi untuk melahirkan karya yang berdaya tarik atau dampak yang besar bagi perubahan yang lebih baik menuju jalan Tuhan yang benar.
Ketiga, menulis semata-mata mencari keridhaan Allah. Hal ini berimplikasi pada karya sastra apapun yang dibuat akan diabdikan untuk menyeru pada kalimat-kalimat suci Allah. Demikian, menulis hanya untuk menunjukkan kebodohan dan dilandasi keilmuan yang dalam akan kebesaran Sang pencipta
Keempat, menulis adalah reflekasi amal jama’i. Kerjasama yang jujur dan tulus, semisal, antara penulis dan penerbit akan melahirkan sebuh karya sastra yang sarat dengan kebaikan dan kebenaran.
Kelima, menulis adalah metode untk selalu me-Mahasuci-kan Sang Pencipta melalui coretan pena. Sehingga, menulis tidak hanya penyaluran hobi, namun nilai-nilai Ilahiyah terintegrasi ke dalam bait-bait cerita.
Keenam, menulis jangan sampai menghantarkan kepada kemusyikan dalam arti mengarahkan kepada penyekutuan selain Allah. Sehingga, menjadi penulis Rabbani yang dilandasi oleh kedalaman ilmu dan hikmah menjadi nilai tambah bagi memberikan edukasi yang komprehensif kepada para pembaca.
Sebagai penutup, Ketua FOTAR, Hambari, dan Ketua Panitia SERUMPUN2, Muhamad Hadi mengaku puas dan syukur atas suksesnya acara ini dan berkomitmen untuk menyelenggarakannya pada tahun-tahun berikutnya. Akhirnya, Ayahanda Markasan, yang masih bugar di usia 82 tahun, berpesan kepada seluruh pemuda bahwa ”Menulis menuntut pemahaman ilmu yang dalam, karenanya Membaca, Menelaah, Berpikir, dan Mencipta (3M1P) serta Jujur, Ikhlas, Sabar, Tawakkal, dan Ridha, adalah beberapa elemen penting dalam menjaga konstensi sebagai menulis”ujarnya.*/Dimas Kusuma, Malaysia
hidayatullah
0 Response to "Forum Tarbiyah IIUM Eratkan Ukhuwah 4 Negara Serumpun "
Posting Komentar