Di Amerika Pembunuhan Massal Anak-anak Adalah Tragedi, di Pakistan Hanya Seperti Serangga Yang Hancur

Air mata Barack Obama menetes bagi anak-anak Newtown suatu hal yang kontras dengan sikap diamnya atas anak-anak yang dibunuh oleh pesawat-pesawat drone nya.

“Kata-kata saja tidak bisa menggambarkan betapa sedihnya anda, tidak juga mereka bisa menyembuhkan luka hati Anda. Tragedi ini harus diakhiri. Dan untuk mengakhirinya, kita harus berubah.” Setiap orang tua dapat menghubungkan apa yang dikatakan Presiden Barack Obama tentang pembunuhan 20 anak-anak di Newtown, Connecticut. Tidak ada seorangpun di dunia yang memiliki akses ke media yang tidak tersentuh oleh kesedihan penduduk kota itu.
 
Seharusnya yang berlaku bagi anak-anak yang dibunuh di sana oleh seorang pemuda gila juga berlaku bagi anak-anak yang dibunuh di Pakistan oleh presiden Amerika. Anak-anak itu sama pentingnya, selayaknya menjadi perhatian dunia. Namun tidak ada pidato atau air mata presiden bagi mereka, tidak ada gambar di halaman depan surat kabar di dunia, tidak ada wawancara dengan kaum kerabat yang berduka, tidak ada analisa hitungan menit tentang apa yang terjadi dan mengapa.

Jika para korban serangan drone Obama memang disebutkan oleh negara, mereka pasti akan disebutkan tidak benar-benar sebagai manusia. Orang-orang yang mengoperasikan pesawat drone, lapor majalah Rolling Stone, menggambarkan korban yang ditimbulkannya sebagai “kutu yang hancur “, “karena melihat tubuh-tubuh mereka melalui gambar video terlihat seperti sebuah serangga yang hancur”. Atau mereka dianggap sebagai tumbuh-tumbuhan: untuk membenarkan perang drone, penasehat kontraterorisme Obama Bruce Riedel menjelaskan bahwa “Anda harus memotong rumput sepanjang waktu. Begitu anda berhenti memotong, rumput akan tumbuh kembali.”.

Sebagaimana pemerintah George Bush di Irak, pemerintahan Obama tidak mengakui bukti kebenaran akan jatuhnya korban-korban sipil dari serangan pesawat drone CIA di barat laut Pakistan. Namun, sebuah laporan oleh sekolah-sekolah hukum di Stanford dan universitas-universitas  New York menunjukkan bahwa selama tiga tahun pertama masa jabatannya,  telah dilancarkan 259 serangan dimana dia bertanggung jawab atas pembunuhan antara 297 dan 569 warga sipil, di antaranya setidaknya ada 64 anak-anak. Ini adalah angka yang diambil dari laporan yang kredibel: mungkin ada lebih banyak korban yang belum sepenuhnya didokumentasikan.

Dampak yang lebih luas pada anak-anak di wilayah tersebut  sangat menghancurkan. Banyak anak-anak yang disuruh meninggalkan sekolah karena khawatir bahwa pertemuan-pertemuan orang banyak dari jenis apapun akan menjadi sasaran. Ada beberapa serangan di sekolah sejak Bush meluncurkan program drone yang diperluas oleh Obama dengan begitu antusias: salah satu blunder Bush adalah menewaskan 69 anak-anak.

Penelitian ini melaporkan bahwa anak-anak menjerit ketakutan ketika mereka mendengar suara pesawat drone. Seorang psikolog lokal mengatakan bahwa ketakutan dan kengerian yang mereka saksikan menyebabkan ketakutan mental yang permanen. Anak-anak yang terluka oleh serangan pesawat drone itu mengatakan kepada para peneliti bahwa mereka menjadi sangat trauma untuk kembali ke sekolah dan telah meninggalkan harapan untuk memperoleh karir mereka yang mungkin mereka miliki. Mimpi mereka serta tubuh-tubuh mereka telah hancur.

Obama mungkin tidak sengaja membunuh anak-anak. Namun, kematian anak-anak itu merupakan hasil tak terelakkan pengerahan pesawat dronenya. Kita tidak tahu efek emosional atas kematian ini yang mungkin ada pada dirinya, karena dia maupun para pejabat pemerintahaanya tidak akan membahas masalah ini: hampir segala sesuatu yang berkaitan dengan pembunuhan di luar hukum oleh CIA di Pakistan dirahasiakan. Namun, Anda mendapatkan kesan bahwa tidak seorang pun di pemerintahannya yang mengkhawatirkan hal ini.

Dua hari sebelum pembunuhan di Newtown, sekretaris pers Obama ditanya tentang wanita dan anak-anak yang terbunuh oleh pesawat-pesawat drone di Yaman dan Pakistan. Dia menolak untuk menjawab, dengan alasan bahwa hal tersebut “rahasia”. Sebaliknya, dia mengarahkan wartawan pada sebuah pidato oleh John Brennan, asisten kontra-terorisme Obama. Brennan menegaskan bahwa “pembunuhan oleh al-Qaida atas penduduk tidak berdosa, sebagian besar adalah kaum muslim pria, wanita dan anak-anak, telah memberinya kesan dan citra yang buruk di mata umat Islam”.

Dia tampaknya tidak bisa melihat bahwa perang drone telah melakukan hal yang sama bagi AS. Bagi Brennan, rakyat barat laut Pakistan bukan serangga maupun rumput: targetnya adalah “kanker tumor”, “jaringan di sekitarnya”. Waspadalah terhadap siapapun yang menggambarkan manusia sebagai sesuatu yang selain manusia.

Ya, dia mengakui, kadang-kadang ada sedikit “kerusakan dengan korban lain”, tetapi AS melakukan “kepedulian yang luar biasa [untuk] memastikan presisi dan menghindari hilangnya nyawa orang-orang yang tidak bersalah”. Hal ini akan terjadi jika ada “ancaman berkelanjutan yang sebenarnya” atas kehidupan orang Amerika. Ini seperti ayam dan sapi yang dikalungi lonceng.

Doktrin “signature strike ” yang dikembangkan oleh Obama, yang tidak memiliki dasar hukum, hanya mencari pola. Suatu pola bisa terdiri dari sekelompok orang laki-laki tak dikenal yang membawa senjata (yang hampir tidak bisa dibedakan dari seluruh penduduk laki-laki dari utara-barat Pakistan), atau sekelompok orang tak dikenal yang terlihat seolah-olah mereka mungkin sedang merencanakan sesuatu. Inilah yang terjadi  ketika upacara pernikahan dan pemakaman juga diserang, inilah alasan 40 orang-orang tua yang sedang membahas pembagian upah tambang krom juga dihancurkan pada Maret tahun lalu. Inilah salah satu alasan mengapa anak-anak terus dibunuh.

Obama jarang menyebutkan program drone dan tidak mengatakan apapun tentang pembunuhan terhadap anak-anak. Pernyataan yang hanya bisa saya temukan adalah respon singkat dan tidak jelas olehnya selama video conference Januari lalu. Pembunuhan telah diserahkan kepada pihak lain lain untuk membenarkan. Pada bulan Oktober penggembira Demokrat Joe Klein menyatakan kepada MSNBC bahwa “batasan pada akhirnya adalah anak usia empat tahun siapa yang dibunuh? Apa yang kita lakukan adalah membatasi kemungkinan bahwa anak-anak usia empat tahun disini akan terbunuh oleh tindakan teror serampangan”. Seperti yang ditunjukkan oleh Glenn Greenwald, menewaskan anak-anak usia empat tahun adalah apa yang dilakukan oleh para teroris. Hal ini tidak akan mencegah pembunuhan pembalasan, hal ini malah akan mendorong pembalasan.

Sebagian besar media di dunia, yang telah memperingati kematian anak-anak Newtown, mengabaikan pembunuhan oleh Obama ataupun menerima laporan versi resmi bahwa mereka yang tewas adalah “kelompok militan”. Tampaknya, anak-anak dari utara-barat Pakistan, bukan seperti anak-anak kita. Mereka tidak memiliki nama, tidak punya gambar, tidak ada peringatan kematian dengan lilin dan bunga dan boneka beruang. Mereka milik dunia lain: dunia serangga dan rumput atau jaringan yang selain manusia.

“Apakah kita,” tanya Obama pada hari Minggu, “siap untuk mengatakan bahwa kekerasan tersebut yang terjadi pada anak-anak kita tahun demi tahun adalah harga dari kebebasan yang kita miliki?” Ini adalah pertanyaan yang valid. Dia harus menerapkannya juga pada kekerasan yang dia lakukan pada anak-anak di Pakistan. (RZ; Sumber: www.guardian.co.uk,21/12)

0 Response to "Di Amerika Pembunuhan Massal Anak-anak Adalah Tragedi, di Pakistan Hanya Seperti Serangga Yang Hancur"

Posting Komentar