REVOLUSI SYAM: SATU UMAT, SATU BENDERA, SATU PEPERANGAN

47053_497785266934641_1806396496_n.jpg (960×382)
Oleh: Hafidz Abdurrahman
“Ma lana ghairaka ya Allah” (Kami tidak mempunyai siapa-siapa ya Allah,
kecuali Engkau) – Jeritan Umat Islam Suriah
Reaksi Setelah 43 Tahun Ditindas
Kaum Muslim di Suriah sudah lama hidup dalam penindasan dan penderitaan di bawah rezim Kufur Assad, pengikut Syiah Nushairiyyah (Alawiyyah) yang menjadikan Sayyidina ‘Ali sebagai tuhan mereka. Sekte sesat ini telah menghalalkan zina dan kehormatan wanita, serta darah kaum Muslim. Lebih dari 43 tahun, sejak Hafidz Assad berkuasa di sana tahun 1970, hingga tahun 2011 yang lalu umat Islam di sana tidak bisa menjalankan Islam dengan leluasa. Sebagaimana kaum Muslim yang hidup di Asia Tengah, saat masih berada di bawah cengkraman Uni Soviet yang Komunis. Iya, itu karena Assad adalah juga pemimpin Partai Ba’ats, yang berhaluan Sosialis. Ini belum lagi jumlah korban kebiadaban rezim Kufur ini. Mulai dari ulama’, tokoh politik, aktivis hingga kaum perempuan, orang tua dan anak-anak yang sudah tidak terhitung jumlahnya.
Politik bumi hangus, “al-Asad au nahriqu al-bilad” (mendukung Asad atau kami bumihanguskan negeri ini) yang didengungkan oleh Assad saat ini, sebenarnya bukanlah kebijakan baru. Karena, jauh sebelum Bashar dan gengternya, Shabihah, mendengungkan itu, sang bapak telah melakukannya saat membumihanguskan Ikhwanul Muslimin Suriah dan para pengikut Said Hawa. Terakhir, Lakhdar Brahimi, Utusan Khusus PBB untuk Suriah, juga menyatakan kebijakan yang sama (Russia Today, 22/2/2013), “Mufawadhah ma’a al-Asad au nahriqu al-bilad” (Berunding/berdamai [dengan Assad] atau kami bumi hanguskan negeri ini). Ini membuktikan, bahwa kebijakan ini bukanlah kebijakan Assad, tetapi kebijakan yang diadopsi oleh Amerika. Karena Assad, baik bapak maupun anak, adalah antek Amerika. Lakhdar Brahimi juga merupakan kepanjangan tangan Amerika, dengan kedok Utusan Khusus PBB untuk Suriah.
Sejak Revolusi Islam meletus 2 tahun lalu, dan kini memasuki tahun ke-3, para pejuang Islam di sana telah meraih kemenangan demi kemenangan. Bahkan, minggu lalu, mereka telah sampai di istana Bashar, dan berhasil menduduki istana di Raif Damaskus. Sebelumnya, pangkalan militer dan gudang alutsista juga berhasil dikuasai oleh para pejuang Islam ini. Hingga kini, hampir 90 persen wilayah Suriah telah mereka kuasai. Bashar pun sudah sangat-sangat terjepit, andai bukan karena ditopang oleh Amerika, Rusia dan Cina yang terus-menerus mensupportnya, niscaya kekuasaannya sudah tidak lagi tersisa.
Skenario Amerika
Amerika memang belum mengerahkan pasukannya ke Suriah, tetapi Amerikalah yang membuka jalan bagi Rusia untuk memainkan peranannya. Juli 2012 yang lalu, kapal perang Rusia dibiarkan oleh Amerika melakukan konvoi di perarian Suriah (Kompas, 13/7/2012). Ditambah lagi, Rusia juga telah mengirimkan kapal induknya, Kuznetsov ke Suriah (Siberian Light, 29/11/2011). Bahkan, menurut Global Security, kapal selam kelas Sierra II berukuran panjang 110,5-112,7 meter dengan lebar lambung 11,2-12,3 meter milik AL Rusia juga dideteksi telah masuk wilayah perairan Suriah (CNN, 7/11/2012).
Kapal induk AS, USS Eisenhower dilaporkan sudah merapat di perairan Suriah, di Laut Mediterania. Kapal perang AS itu membawa delapan skuadron jet tempur pembom dan 8.000 prajurit. Jangkar kapal induk USS Eisenhower itu saat ini sudah ditancapkan di lepas pantai Suriah, bergabung dengan kapal perang USS Iwo Jima yang membawa  2.500 pasukan dengan perlengkapan perang penuh.Pengiriman kapal Induk AS ini menyusul keputusan NATO, pada hari Selasa (4/12/2012) untuk menyebarkan sistem rudal Patriot di sepanjang perbatasan Turki dengan Suriah (Islam Times, 6/12/2012).
Di dalam Suriah, kekuatan Bashar memang nyaris lumpuh, tetapi dengan bantuan Rusia dan Amerika, Bashar masih bisa melancarkan gempuran ke kota-kota di Suriah melalui jet tempur, yang kemungkinan besar adalah milik Rusia dan Amerika. Sebab, sebagian besar pangkalan militer dan jet tempur Assad telah berpindah tangan ke pejuang Islam. Sisa-sisa geng Assad, Shabihah, yang memang dikenal sebagai penyembah Assad, juga masih ada di Suriah, dan siap mati untuk Assad.
Di sisi lain, Mesir dengan Mursi-nya (Ikhwan-Sunni) bersama Iran dengan Ahmadinejad-nya (Syiah Itsna ‘Asyariyyah) telah menjalankan agenda Amerika untuk mematangkan Oposisi bentukan Amerika, yang dipimpin oleh aktivis Ikhwanul Muslimin, Ma’adz al-Khathib melalui Konferensi Kaero beberapa waktu lalu.
Amerika juga tidak kehilangan akal untuk mengawetkan kekuasaan Assad, terakhir melalui anjing pudel Iran, Hassan Nasrullah dengan Hizbullah-nya (Syiah Itsna ‘Asyariyyah) di Libanon. Dengan klaim, bahwa di Aleppo ada 4 desa Yahudi, maka Hassan Nasrullah bersumpah akan mengerahkan milisi Hizbullah untuk menggempur wilayah tersebut. Perlu dicatat, ini hanyalah dalih, agar masuknya milisi Hizbullah ke wilayah Suriah tampak masuk akal. Setelah sebelumnya keberadaan milisi ini bersama Garda Republik Iran di sana untuk mendukung Assad terbongkar. Jadi, pernyataan anjing pudel Iran ini hanya akal-akalan. Ini juga tidak terlepas dari skenario Amerika.
Tidak mau kalah dengan Mesir, Iran dan anjing pudelnya, Maliki (Sunni-Sekular) yang juga antek Amerika di Irak, minggu lalu telah mengirimkan panser dan telah memasuki wilayah Suriah. Semuanya ini bagian dari skenario yang dimainkan Amerika untuk mengawetkan kekuasaan Assad, yang sesungguhnya sudah habis, di satu sisi, sambil buying time sampai Oposisi buatannya benar-benar siap dan bisa diterima oleh rakyat Suriah.
Strategi bumi hangus di Suriah ditempuh oleh Amerika sebagai tekanan kepada rakyat Suriah, agar mereka menyerah dan mau menerima solusi yang ditawarkan oleh Amerika melalui antek-anteknya, baik Oposisi buatan pimpinan Ma’adz al-Khathib, maupun Utusan Khusus PBB, Lakhdar Brahimi. Tekanan dilakukan oleh Amerika tidak hanya sampai di situ.
Amerika juga menggunakan Turki untuk melakukan hal yang sama, dengan format yang agak berbeda. Turki diminta Amerika untuk membuka wilayahnya, agar para pengungsi bisa mengungsi di wilayahnya, tetapi mereka sengaja dibiarkan hidup terlunta-lunta. Tidak ada akses makanan, obat-obatan dan logistik yang memadai.Terlebih saat musim dingin seperti saat ini. Banyak di antara mereka yang terserang penyakit dan sakit, bahkan sampai meninggal dunia. Kondisi ini jelas diciptakan untuk menekan para pejuang agar mereka mau tunduk pada kemauan Amerika.
Ini semua merupakan skenario Amerika dengan menggunakan antek-anteknya, dari kalangan umat Islam sendiri, baik Sunni maupun Syiah, baik yang Islamis seperti Ikhwan, PK maupun yang Sekular. Tidak hanya itu, Amerika juga menghalangi setiap upaya damai untuk mendukung Revolusi Suriah yang dilakukan di luar wilayah Suriah, seperti di Libanon. Bahkan, di Turki, aktivis Hizbut Tahrir Turki telah dipenjarakan dan divonis lebih dari 100 tahun penjara.
Satu Umat, Satu Bendera dan Satu Peperangan
Umat Islam di Suriah benar-benar menghadapi situasi sulit, meski berbagai kemenangan dan kemajuan telah berhasil mereka capai. Karena konspirasi Amerika, Rusia, Cina dan Inggeris di kawasan tersebut. Namun, skenario Amerika ini tidak akan bisa terwujud, kalau tidak ada kaki tangan Amerika dan Inggeris yang menjalankannya. Amerika, Rusia, Cina dan Inggeris, meski berbeda kepentingan, tetapi ketika mereka menghadapi umat Islam, terlebih ketika mereka bercita-cita menegakkan syariah dan Khilafah, maka mereka pun kompak.
Karena itu, kampanye “Satu Umat, Satu Bendera dan Satu Peperangan” yang mereka suarakan Jum’at lalu (22/2/2013) sudah seharusnya mendapat sambutan dan dukungan dari seluruh kaum Muslim di dunia. Posisi para pejuang Islam dan umat Islam di Suriah, saat ini, persis seperti ketika pasukan kaum Muslim di bawah kepemimpinan Nabi saw menghadapi Pasukan Koalisi, pada Perang Khandak.
Setidaknya, dukungan itu diwujudkan dengan menggugah kesadaran umat tentang apa yang sesungguhnya saat ini sedang terjadi di Suriah. Bahwa ini bukan perang antara Syiah dan Sunni, tetapi ini adalah peperangan antara Islam dengan kekufuran.Antara Islam yang diwakili para pejuang Islam, dengan kekufuran yang diwakili Assad, Amerika, Rusia, Inggeris, Cina dan antek-anteknya.
Bahwa Revolusi Suriah di Syam ini adalah Revolusi Islam yang bertujuan untuk menegakkan Khilafah dan menerapkan syariah secara kaffah. Fajar Khilafah itu pun kini hampir tiba, karena itu kaum Kafir dengan seluruh bala tentaranya tidak rela.Mereka pun berusaha siang dan malam untuk menggagalkan lahirnya janin Khilafah itu ke dunia.
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang Kafir tidak menyukai.” (Q.s. at-Taubah [09]: 32).
Begitulah janji Allah. Janji itu pun pasti. Semoga Allah, mencatat amal kita semua, dan meringankan hisab kita, saat kita dipersaksikan Nabi di hadapan Allah. Wallahu a’lam/www.bringislam.web.id/

0 Response to "REVOLUSI SYAM: SATU UMAT, SATU BENDERA, SATU PEPERANGAN "

Posting Komentar