“Wanita, anak-anak, bahkan wanita hamil dibantai oleh anti-Balaka,” Yahiya Abu Bakar, ketua komite yang mengawasi masjid lokal di Bangui, mengatakan kepada Anadolu Agency (AA), Kamis (19/12/2013).
Kesaksian tentang kekejaman yang dilakukan oleh milisi Kristen anti-Balaka terhadap komunitas Muslim CAR jarang di beritakan di media internasional.
Dunia selalu menuding bahwa mantan pemberontak Muslim, Seleka, sebagai penyebab utama. Banyak laporan yang tidak jelas atau kurang diberitakan terkait dengan banyaknya korban di pihak Muslim yang meninggal.
Bashir, (48), seorang Muslim yang tinggal di distrik Fouh yang merupakan daerah mayoritas Kristen di Bangui, adalah salah satu saksi mata dari kebrutalan anti-Muslim yang membantai warga Muslim pada awal Desember.
“Masalah dimulai ketika anti-Balaka menyerang umat Islam di daerah,” kata Bashir, yang mengenakan dara putih tradisional (jubah panjang terbuka) dan topi putih.
“Masjid-masjid lokal dihancurkan, begitu juga dengan rumah saya.”
Bashir juga menjelaskan bagaimana adiknya dan tiga warga lainnya tewas tanpa ampun sebelum mereka bisa melarikan diri untuk menyelamatkan diri.
“Leher mereka ditebas dengan parang,” katanya.
“Ada begitu banyak orang yang ikut dalam aksi tersebut, bukan hanya anti-Balaka, tetapi orang-orang Kristen dari seluruh wilayah,” tambah Bashir.
Pengalaman yang sama juga di ceritakan oleh Abu Bakar, ketua masjid, yang menegaskan bahwa lebih dari 108 Muslim dari wilayah tersebut tewas dalam kekerasan baru-baru ini.
Abu Bakar juga mengatakan bahwa penyerang memutilasi korban dan mayat-mayat warga Muslim.
“Orang-orang anti-Balaka memotong anggota badan mereka,” katanya.
“Saya juga melihat tubuh yang alat kelamin mereka sudah tidak ada”.
“Kami melakukan doa pemakaman di sini, jadi saya tahu tentang luka yang diderita oleh orang-orang yang tewas,” tambahnya.
Muslim Republik Afrika Tengah menuduh pasukan penjaga perdamaian Perancis memihak milisi Kristen.
“Kami tidak percaya kepada Perancis karena kami telah melihat aksi-aksi sepihak mereka,” kata Umar Hussain, seorang pengusaha Muslim.
Pasukan Perancis telah menulikan telinga terhadap kekejaman anti-balaka terhadap kaum Muslim. Mereka hanya menonton ketika Muslim dibunuh dengan pembunuh berdarah dingin, saksi lainnya menambahkan.
“Mereka adalah pembuat onar!” Umar, seorang saksi mata, berteriak.
“Orang-orang dibunuh di depan tentara Prancis, dan mereka tidak melakukan apa pun”
“Bagaimana mereka bisa membiarkan begitu saja orang-orang untuk disembelih? Dan hanya menonton ketika kejadian itu terjadi? ” tanya Hussain.
Sebagai akibat serangan intensif di Afrika Tengah , banyak Muslim terpaksa meninggalkan desa mereka, dan tinggal di kamp-kamp darurat atau masjid.
Mengambil tempat berlindung di dalam masjid Bangui, seorang ibu Muslim bercerita tentang bagaimana empat anaknya yang tak berdosa itu dibantai dengan sadis di hadapannya.
“Mereka membunuh empat anak-anak saya: dua putra dan dua putri,” kata Salma, seorang ibu dari anak-anak yang dibunuh yang masih berusia sepuluh, delapan, enam dan dua tahun.
“Ayah dan ibuku juga tewas dalam serangan itu,” tambah sang ibu.
Perang sektarian telah menyebabkan 614 orang telah pindah dari daerah itu, menurut laporan amnesty.
Selain itu, Human Rights Watch juga mendesak PBB untuk mengirim misi penjaga perdamaian untuk memulihkan keamanan di CAR.
Republik Afrika Tengah merupakan negara dengan penduduk hampir lima juta orang, sebagian besar mereka adalah Kristen, dan sekitar 15 persen Muslim yang terkonsentrasi di utara di mana pemberontakan dimulai.
Meskipun kesengsaraan saat ini terjadi, umat Islam di negara Afrika menegaskan harapan mereka agar perdamaian kembali pulih di negara mereka, di mana umat Islam dan Kristen hidup dalam harmoni selama beberapa dekade.
“Kami menginginkan perdamaian,” tegas Abu Bakr.
“Kami siap untuk menyerukan perdamaian, tetapi anti-Balaka adalah orang-orang yang melakukan provokasi dengan membunuh muslim dan menghancurkan masjid.” tambahnya. (ameera
0 Response to "Anti-Balaka membantai warga Muslim di Republik Afrika Tengah "
Posting Komentar