Sebagai seorang Kristen yang lahir dan dibesarkan di Inggris, Kenneth George Watson mengira bahwa Islam itu teroris dan terbelakang serta tidak memberikan hak sama sekali kepada wanita. Namun sangkaan Watson yang kala itu bekerja sebagai instruktur mengemudi terbantahkan oleh argumen seorang Muslimah yang menjadi muridnya.
Waktu itu, tepatnya pada 1999, wanita yang mengenakan kerudung tersebut membantah sangkaannya dengan menyatakan bahwa Islam memberikan banyak hak, yaitu hak untuk memilih siapa yang dia kehendaki untuk menikah, hak untuk bercerai, hak waris, dan menjalankan bisnis miliknya sendiri.
Tentu saja kenyataan itu membuat lelaki kelahiran Camber Well, kota yang berada di selatan London, tersentak dan berpikir bahwa dirinya sebenarnya sama sekali tidak tahu apa-apa tentang Islam. “Jadi saya mulai membeli buku-buku tentang Islam,” ungkapnya kepada Ardi Muluk, kontributor Media Umat di Inggris.
Di kesempatan berikutnya, ia mengajar mengemudi seorang Muslimah lain yang mengenakan kerudung dan jilbab lalu banyak berdiskusi tentang tatacara berpakaiannya. “Si Muslimah kemudian meminjamkan saya rekaman-rekaman dan video-video, dan mulailah saya melihat sisi lain yang sangat berbeda tentang Islam,” kenang Watson.
Dari rekaman dan video itu, Watson melihat masyarakat yang maju di berbagai bidang, seperti obat-obatan, arsitektur, pertanian, sains. Ia juga ditarik dengan melihat bagaimana Muslim bersikap dengan adil, murah hati dan dengan kasih sayang dalam memperlakukan non Muslim.
Masuk Islam
Setelah tiga tahun mempelajari, ia pun jatuh cinta pada Islam dan ingin menjadi seorang Muslim. Lalu ia mendiskusikannya dengan istrinya. Tapi istrinya tak setuju. Melihat penentangan yang begitu keras dari sang istri, ia pun mengurungkan niat baiknya.
Akan tetapi keputusan keliru tersebut tidaklah membuat Watson tenang. Ia tetap mempelajari dan membaca buku-buku Islam. Itu semua membuat keinginannya menjadi seorang Muslim mengkristal. Hingga akhirnya biduk rumah tangganya pecah, karena sudah tidak ada kesepahaman lagi.
Tetapi, Watson malah merasa diberkahi karena telah bertemu dengan saudara-saudara Muslim yang tulus, yang tidak mendesak dirinya untuk segera mengucapkan dua kalimat syahadat. “Tetapi membiarkan saya berpikir tentang tuhan, dan apa yang menjadi tujuan saya dihidupkan di muka bumi ini,” bebernya.
Setelah pertanyaan itu terjawab dengan mantap, Watson mengucapkan dua kalimat syahadat di Mesjid King Cross London pada 2006. Kemudian ia pun mendapat nama baru yakni Abdul Haleem Watson.
Tidak disangka, keluarga besarnya menerima keputusan dirinya masuk Islam. Padahal pada awalnya ia menyangka mereka akan kaget dan kecewa. Tidak banyak pertanyaan dari mereka pada saat itu, akan tetapi dengan berjalannya waktu keluarga besar Watson mulai membicarakan tentang bukti adanya tuhan, hak-hak wanita di dalam Islam, sistem perekonomian Islam, dan lain-lain.
“Kadang-kadang saya mengetahui jawabannya tetapi terkadang saya harus bertanya kepada orang yang mengetahui ilmunya, atau membaca materi-materinya untuk mencari tahu jawabannya,” ungkapnya.
Mengenal HT
Meski sudah masuk Islam, Watson tetap sama sekali tidak dapat mengerti bagaimana Islam yang dahulunya sangat maju dan memimpin dunia bisa runtuh di keadaannya saat sekarang ini. Islamlah paling tinggi, umatnya seharusnya menjadi umat yang terbaik dan maju. “Tetapi yang menjadi pertanyaan bagi saya kenapa umat Islam dari agama yang paling benar tersebut tidak lagi menjadi umat yang terbaik? Kenapa umat Islam saat ini sekarang terpuruk?”
Akhirnya pada suatu waktu, Watson bertemu dengan saudara Muslim lainnya yang mengajaknya pada sebuah konferensi tentang Islam. Tetapi seorang saudara Muslim yang lain menyarankan agar jangan pergi ke konferensi yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir Inggris tersebut.
“Karena HT, kata dia, are no good (tidak baik), akan tetapi saya berpikir, dulu saya juga selalu menganggap Islam no good (tidak baik),” ungkapnya.
Jadi, Watson memutuskan untuk pergi dan mendengarkan dengan pikiran yang jernih dan mengambil keputusan sendiri atas apa yang didengarnya dalam konferensi itu.
Benar saja, Watson pun kegirangan karena ternyata pertanyaan yang menggelayuti benaknya dalam beberapa bulan terakhir itu terjawab oleh para pembicara dalam konferensi tersebut.
“Well… saya takjub, di sini para pembicara membahas bagaimana Islam sangat jaya di masa lalu dan bagaimana Islam runtuh menjadi di keadaannya yang sekarang ini,” ungkapnya.
Umat Islam ini tidak menjadi umat terbaik karena Islam tidak diterapkan sebagai aturan kehidupan dalam sebuah negara, sehingga umat Islam menjadi umat yang terpuruk bukan menjadi umat yang terbaik. Aturan-aturan Islam tidak diimplementasikan secara keseluruhan dalam aspek kehidupan, sehingga kebaikan aturan Islam tersebut tidak terpancar di dalam kehidupan pemeluk Islam.
“Jadilah umat yang mempunyai identitas Islam tetapi tidak mempunyai kebaikan Islam, karena yang terpancar dalam kehidupan mereka adalah cahaya suram aturan kufur dan sekuler. Itulah penyebab utamanya,” ungkapnya menirukan jawaban pembicara.
Dan kemudian, lanjut Watson, mereka membahas dan memberikan solusi tentangnya dan bagaimana mengembalikan kekhilafahan Islam. “Hal ini sangat masuk akal buat saya sehingga saya membeli beberapa buku dari stand mereka,” akunya.
Beberapa waktu kemudian beberapa saudara Muslim yang dikenalnya datang untuk berbicara kepada Watson. “Saya tidak tahu bahwa mereka adalah anggota HT pada saat itu, mereka menjelaskan lebih banyak tentang HT,dan menanyakan apakah saya tertarik untuk membantu dakwah mereka,” ungkap Watson.
Dengan sigap dan tanpa ragu, Watson pun menjawab: “Ya!”
Karena terus terang sebagai seseorang mualaf, Watson merasa tidak berdaya menghadapi apa yang terjadi di dunia Islam dan ia tidak bisa melihat solusi apapun untuk mengatasinya, “Saya melihat dengan Hizbut Tahrir, insya Allah saya akan memberikan solusi kepada dunia Islam,” simpulnya.
Memang agak sedikit mengerikan pada awalnya, karena Watson tidak pernah mengira akan berkecimpung di dalam politik. Tetapi dunia Islam sedang kacau balau, dan ia merasa bersemangat karena Islam adalah solusi terbaik buat umat manusia.
“Saya yakin bahwa sebuah pemerintahan Islam yang shahih akan memberikan itu semua dan menghentikan penderitaan saudara-saudari sesama Muslim sedunia,” ungkapnya.
Untuk memperdalam Islam dan mendukung dakwahnya, Watson rajin belajar untuk membaca bahasa Arab. Mempelajari sirah Rasulullah SAW, mempelajari surah-surah pendek, kemudian menikah lagi dengan seorang Muslimah yang baik dan memiliki tiga orang anak angkat laki-laki.
Selain itu, ia pun lebih banyak belajar dan banyak membaca, lebih memperhatikan apa yang terjadi di dunia. “Islam membuat saya lebih memakai otak saya. Saya mendapatkan kesempatan untuk lebih banyak berbincang tentang Islam kepada anak didik saya dan untuk melenyapkan ide-ide yang salah tentang Islam,” ungkapnya.
Sejak 2007, Watson rajin mengikuti semua aktifitas dakwah Hizbut Tahrir Inggris. Di akhir wawancara, Watson berpesan bahwa sangatlah penting untuk tidak malu-malu berdakwah dan berbicara kepada masyarakat luas tentang Islam.
Menurutnya, umat membawa anggapannya masing-masing tentang Islam dan adalah tergantung kepada pengemban dakwah untuk memenangkan hati mereka. Jika pengemban dakwah tidak pernah memberikan solusi yang berlandaskan Islam kepada permasalahan-permasalahan manusia pada mereka, maka mereka akan tetap membawa sudut pandangnya tersebut dan umat tidak akan pernah berubah.
“Karena itu, bicaralah, berdakwahlah pada keluargamu, tetanggamu, rekan kerjamu dan kepada setiap orang yang Engkau temui,” pungkasnya. (Mediaumat)
0 Response to "Mualaf Inggris (Aktivis hizbut-Tahrir) Dulu Salah Sangka, Kini Jatuh Cinta"
Posting Komentar