Semua sudah tergadai, tetapi tidak lolos juga. Sang istri pun meminta
suami yang adalah calon anggota legislatif (caleg) untuk menceraikan
dirinya. Sang caleg gagal pun stres mendengar permintaan sang istri
tercinta.
Itu yang terjadi terhadap Jambir (bukan nama sebenarnya), salah satu caleg dari Dapil Alak, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sang istri merasa kecewa dan minta diceraikan, karena harta milik mereka sudah habis dijual. Rumah digadaikan untuk kepentingan sang suami saat sosialisasi hingga kampanye. Namun, persolehan suara sang caleg tidak sesuai harapan.
Sebelum hari pencoblosan sang istri sudah berkoar-koar bahwa suaminya bakalan terpilih sesuai dengan janji-janji manis dari tim sukses yang dibentuk.
Namun, yang didapat tidak seindah janji manis tim sukses. Sang istri stres dan meminta suaminya untuk menceraikan dirinya.
“Kami dengar bahwa mereka gadai rumah dan jual beberapa barang seperti motor untuk kepentingan sosialisasi. Tadi malam mereka bertengkar hebat,” kata Marthen salah satu tetangga Jambir.
Jambir yang ditemui wartawan, Sabtu (12/4) sore, mengaku malu dan kecewa dengan hasil pemilu legislatif, karena tidak setimpal dengan apa yang sudah dikeluarkan baik materi maupun tenaga dan pikiran.
“Saya bingung juga, hasilnya bisa begini, karena pada saat sosialisasi saya sudah punya harapan besar,” katanya sambil meminta untuk dirahasiakan identitasnya.
Ia membenarkan jika sang istri marah dan minta diceraikan dengan alasan telah menggadaikan rumah untuk kepentingan pencalegkan.
“Waktu gadai rumah kami sama-sama mau, tetapi setelah gagal dia minta cerai dengan alasan mau tinggal dimana lagi,” jelas Jambir.
Sementara itu, caleg Partai Hanura di Kabupaten Nagekeo, NTT, merusak jaringan pipa air karena perolehan suara pada pemilu legislatif 9 April lalu tidak sesuai harapannya.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, jaringan air yang dirusak tersebut terdapat di Desa Sawu, wilayah yang masuk dalam daerah pemilihan 2 (dapil) DPRD Kabupaten Nagekeo.
Lokasi perusakan pipa juga merupakan tanah milik caleg tersebut. Kejadian pada Kamis (10/4), mengakibatkan distribusi air bersih ke wilayah lainnya seperti ke Kelurahan Mauponggo terhenti total.
“Seharusnya orang Hanura tidak melakukan tindakan seperti itu. Orang Hanura itu memilih dari hati nurani, tidak ada balas jasa,” kata Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Hanura NTT, Jimmy Sianto.
Menurut Jimmy, Partai Hanura masih berupaya menghubungi caleg tersebut guna menanyakan persoalan ini secara deteil. “Kami masih cek dulu yang terjadi di lapangan itu seperti apa,” ujarnya. [suarapembaharuan]
Itu yang terjadi terhadap Jambir (bukan nama sebenarnya), salah satu caleg dari Dapil Alak, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sang istri merasa kecewa dan minta diceraikan, karena harta milik mereka sudah habis dijual. Rumah digadaikan untuk kepentingan sang suami saat sosialisasi hingga kampanye. Namun, persolehan suara sang caleg tidak sesuai harapan.
Sebelum hari pencoblosan sang istri sudah berkoar-koar bahwa suaminya bakalan terpilih sesuai dengan janji-janji manis dari tim sukses yang dibentuk.
Namun, yang didapat tidak seindah janji manis tim sukses. Sang istri stres dan meminta suaminya untuk menceraikan dirinya.
“Kami dengar bahwa mereka gadai rumah dan jual beberapa barang seperti motor untuk kepentingan sosialisasi. Tadi malam mereka bertengkar hebat,” kata Marthen salah satu tetangga Jambir.
Jambir yang ditemui wartawan, Sabtu (12/4) sore, mengaku malu dan kecewa dengan hasil pemilu legislatif, karena tidak setimpal dengan apa yang sudah dikeluarkan baik materi maupun tenaga dan pikiran.
“Saya bingung juga, hasilnya bisa begini, karena pada saat sosialisasi saya sudah punya harapan besar,” katanya sambil meminta untuk dirahasiakan identitasnya.
Ia membenarkan jika sang istri marah dan minta diceraikan dengan alasan telah menggadaikan rumah untuk kepentingan pencalegkan.
“Waktu gadai rumah kami sama-sama mau, tetapi setelah gagal dia minta cerai dengan alasan mau tinggal dimana lagi,” jelas Jambir.
Sementara itu, caleg Partai Hanura di Kabupaten Nagekeo, NTT, merusak jaringan pipa air karena perolehan suara pada pemilu legislatif 9 April lalu tidak sesuai harapannya.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, jaringan air yang dirusak tersebut terdapat di Desa Sawu, wilayah yang masuk dalam daerah pemilihan 2 (dapil) DPRD Kabupaten Nagekeo.
Lokasi perusakan pipa juga merupakan tanah milik caleg tersebut. Kejadian pada Kamis (10/4), mengakibatkan distribusi air bersih ke wilayah lainnya seperti ke Kelurahan Mauponggo terhenti total.
“Seharusnya orang Hanura tidak melakukan tindakan seperti itu. Orang Hanura itu memilih dari hati nurani, tidak ada balas jasa,” kata Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Hanura NTT, Jimmy Sianto.
Menurut Jimmy, Partai Hanura masih berupaya menghubungi caleg tersebut guna menanyakan persoalan ini secara deteil. “Kami masih cek dulu yang terjadi di lapangan itu seperti apa,” ujarnya. [suarapembaharuan]
0 Response to "Waduh, Suami Gagal Pileg, Istri Minta Cerai"
Posting Komentar