The Australian Ingatkan Bahaya Website Hizbut Tahrir Indonesia dalam Perang Ideologi Melawan Kapitalisme



Media The Australian (11/12) memuat artikel yang mengingatkan kemenangan dalam perang ideologi merupakan kunci kemenangan dalam menghadapi kelompok Islam yang ingin memperjuangkan syariah dan Khilafah. Dalam artikel yang provokatif yang berjudul Islamists must be prevented from brainwashing kids, penulis melakukan kebohongan dengan mengkaitkan upaya penegakan syariah dan Khilafah sebagai tindakan terorisme. Kemudian dibangun logika untuk menang dalam perang melawan teroris ini adalah dengan mengalahkan ideologinya.

Dalam Artikel yang ditulis Carl Ungerer (director of national security at the Australian Strategic Policy Institute) tersebut dinyatakan :
Agar suatu ideologi berkembang, ideolagi itu harus terus mencari anggota-anggota baru. Pada saat sebuah organisasi teroris generasi baru terbentuk, masyarakat internasional tampak tidak mampu lagi merespons secara komprehensif, dengan cara yang strategis.Untuk saat ini, perang global melawan teror telah terbagi antara 95 persen operasi militer dan 5 persen operasi ideologis. Hal itu harus dibalik, karena memenangkan perang ideologi lah yang akhirnya akan menentukan apakah kita berhasil atau gagal melawan gelombang terorisme keagamaan saat ini. 

Artikel ini juga secara khusus menulis tentang Hizbut Tahrir Indonesia. Meskipun diakui sendiri oleh penulis Hizbut Tahrir tidak menggunakan kekerasan dalam perjuangannya, penulis mengingatkan Hizbut Tahrir sebagai ancaman karena perjuangan ideologinya.

Tertulis dalam artikel tersebut :
Jumlah serangan teroris di seluruh dunia mungkin telah berkurang, tetapi ideologi korosif yang mendorong terorisme internasional terus memperoleh dukungan dari mulai Somalia hingga ke Filipina selatan. Dan fokus cuci otak ideologis ini semakin diarahkan kepada anak-anak. 

Di Indonesia, kelompok Islam radikal Hizbut Tahrir memfokuskan perhatiannya pada sekolah-sekolah, menyediakan bahan bacaan dan instruksi-instruksi yang menganjurkan para remaja ikut menggulingkan demokrasi sekuler dan diterapkannya Hukum Islam dan Khilafah.

Meskipun organisasi-organisasi seperti itu berhenti untuk tidak mempromosikan kekerasan, hubungan radikalisasi antara propaganda dan terorisme telah menjadi mapan.Seperti memperluas cakupan internet, begitu juga cakupan luas dari pesan-pesan ekstrim.

Artikel tersebut juga menyatakan bahaya website Hizbut Tahrir Indonesia yang mampu bersaing dengan organisasi berita global :
Hizbut Tahrir Indonesia mengelola sebuah website yang canggih yang mampu bersaing dengan organisasi berita global. Remaja adalah pengguna terbesar internet, dan situs-situs jaringan sosial interaktif menyediakan kelompok teroris peluang-peluang baru untuk merekrut dan meradikalisasi mereka.

Tuduhan terhadap HT sebagai pengemban ideologi perantara atau pemberi inspirasi bagi tindakan terorisme juga sangat lemah. Tidak ada uraian yang jelas dan detail, pandangan ideologi mana dari HT yang melegalkan penggunaan kekerasan dalam perjuangannya menegakkan Khilafah dan syariah.

Kalau dikatakan memberikan inspirasi, ini juga jelas sangat kabur. Kalau setiap yang memberikan inspirasi disebut teroris, mestinya AS-lah yang paling layak disebut teroris karena sangat banyak aksi kekerasan merupakan reaksi dari kebijakan AS yang menindas di Dunia Islam. Artinya, AS bisa dianggap telah memberikan inspirasi bagi tumbuhnya kelompok-kelompok yang melakukan perlawanan terhadap Amerika seperti yang terjadi di Irak saat ini. Bukankah perlakuan kejam tentara AS di Penjara Guantanamo dan pembunuhan oleh tentara AS terhadap rakyat sipil di Irak, Afganistan dan lainnya adalah di antara faktor yang menimbulkan perlawanan terhadap AS?

Tidak hanya di luar negeri, upaya pengaitan HT dengan terorisme juga dilakukan di dalam negeri. Mantan Kepala BIN AM Hendropriyono dalam wawancara dengan TVOne (29/7/2009) berusaha mengaitkan terorisme dengan apa yang dia sebut sebagai wahabi radikal. Menurutnya, wahabi radikal merupakan lingkungan yang cocok (habitat) bagi terorisme. Hendropriyono lantas menyebut keterkaitan wahabi radikal dengan Hizbut Tahrir dan Ikhwanul Muslimin.

Semua tudingan itu tentu tidak benar. Hizbut Tahrir, dengan tetap menegaskan tentang kewajiban jihad untuk mengusir penjajah Barat dari negeri-negeri Muslim seperti Irak dan Afganistan serta Palestina, dan keutamaan mati syahid, telah menyatakan bahwa garis perjuangannya tidaklah dengan menggunakan kekerasaan/angkat senjata (non violence).

Hal ini bisa dilihat secara terbuka dalam buku-buku rujukan HT seperti kitab Ta’rîf(Mengenal HT) atau Manhaj Hizb at-Tahrîr fî Taghyîr (Strategi Hizbut Tahrir untuk Perubahan). Hizbut Tahrir dalam hal ini berkeyakinan, bahwa jalan menuju cita-cita harus dimulai dari perubahan pemikiran, serta menyakini bahwa masyarakat tidak dapat dipaksa untuk berubah dengan kekerasan dan teror. Karena itu, garis perjuangan Hizbut Tahrir sejak berdiri hingga seterusnya adalah tetap, yaitu bersifat fikriyah (pemikiran), siyâsiyah (politik) dan wa la ‘unfiyyah (non-kekerasan).

Prinsip ini dibuktikan di sepanjang aktivitasnya lebih dari 50 tahun sejak berdiri, HT tidak pernah sekalipun tercacat menggunakan kekerasan meskipun banyak penguasa yang bersikap represif terhadapnya. Dalam wawancara dengan Al-Jazeera, 17 Mei 2005, Craig Murray, mantan Duta Besar Inggris untuk Uzbekistan, mengatakan, “Hizbut Tahrir merupakan organisasi yang betul-betul tanpa kekerasan.”

Soal penolakan HT terhadap kekerasan juga diakui oleh Jean-Francois Mayer, seorang penulis asal Switzerland dan sekaligus pengamat aliran-aliran agama modern, dalam makalah berjudul, “Akankah Hizbut Tahrir Menjadi al-Qaeda di Masa Mendatang?”, yang di publikasikan pada 08/09/2003 M, melalui kantor berita Roozbalt. Di situ ia menulis, “Dapat ditegaskan bahwa Hizbut Tahrir bukanlah gerakan perdamaian. Akan tetapi, pada fase ini Hizbut Tahrir tidak menggunakan kekerasan dalam berbagai aktivitasnya meskipun kritiknya dan seruannya sangat ekstrem. Sungguh amat mengherankan, banyak anggotanya yang benar-benar dapat mengontrol emosinya meskipun tekanan semakin bertambah.”

Walhasil, upaya mengkaitkan Hizbut Tahrir dengan kekerasan merupakan upaya sia-sia yang penuh kebohongan dari Barat. Penyebabnya hanya satu, karena Hizbut Tahrir ingin menegakkan kembali syariah Islam dan Khilafah. Barat sangat mengerti Syariah dan Khilafah akan menghentikan penjajahan Barat di dunia Islam yang selama ini mereka eksploitasi.

Syariah Islam juga akan menyelesaikan persoalan umat Islam di dunia bahkan manusia secara keseluruhan, yang akan membuat kapitalisme sebagai ideologi busuk akan ditinggalkan manusia. Khilafah juga akan mempersatukan umat Islam diseluruh dunia dan membebaskan negeri-negeri Islam yang dijajah. Semua ini jelas sangat menakutkan bagi Barat sang Penjajah, tapi disisi lain akan membebaskan negeri Islam dari penjajahan Barat yang buas dan mengerikan (FW)

Sumber

0 Response to "The Australian Ingatkan Bahaya Website Hizbut Tahrir Indonesia dalam Perang Ideologi Melawan Kapitalisme"

Posting Komentar