Menteri Perdagangan membantahnya tapi angka-angka statistik resmi pemerintah justru menunjukkan adanya hubungan perdagangan itu.
Siapa bilang pemerintah Indonesia menolak hubungan dengan negeri Yahudi Israel? Diam-diam Indonesia telah menjalin hubungan erat dalam bidang perdagangan dengan Israel, negeri yang selama ini memusuhi kaum Muslimin. Bahkan jalinan perdagangan antar kedua negara sudah berjalan cukup lama.
Data Kementerian Perdagangan mencatat neraca perdagangan Indonesia-Israel menunjukkan nilai positif. Pada 2007, total perdagangan Indonesia-Israel masih sekitar 124.100 dolar AS. Setahun kemudian meningkat menjadi 116,4 juta dolar AS. Tahun 2009, total perdagangan dua negara mencapai 91.613 juta dolar AS dan kembali meningkat pada 2010 menjadi 117,5 juta dolar AS.
Meski pada 2011 menunjukkan, total perdagangan Indonesia-Israel mengalami penurunan hanya mencapai 69,6 juta dolar AS. Tapi tahun ini diperkirakan akan meningkat cukup besar. Sebab, hingga pertengahan tahun sudah mencapai 79 juta dolar AS.
Fakta lainnya adalah catatan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan ada sembilan jenis buah impor yang berasal dari Israel. Bahkan pada Juni 2012 lalu, ada impor 20,6 ton buah kurma senilai 191.300 dolar AS asal Israel. Dua bulan sebelumnya, ada impor jeruk Shantang masuk Indonesia sebanyak 0,666 ton dengan nilai 709 dolar AS juga dari Israel.
Anehnya, Menteri Perdagangan Gita Wiryawan malah membantah bahwa Indonesia tidak mempunyai hubungan perdagangan dengan negeri Yahudi tersebut. Tapi dari data tersebut membuktikan kedua negara sudah bekerja sama dalam bidang perdagangan sejak lama. Sebab, data tidak bisa berkata bohong.
Jika data perdagangan kedua negara sudah tercatat sejak 2007, maka setidaknya perjanjian sudah berlangsung sebelumnya. Ternyata memang benar. Pada tahun 2006, Ketua KADIN saat itu Mohammad Hidayat telah meneken perjanjian perdagangan Indonesia-Israel.
Salah satu perusahaan ekspor-impor yang menjalin hubungan dagang dengan Israel adalah Indolink. Perusahaan tersebut bermarkas di Israel. Dalam profil perusahaan disebutkan, visi dan misi perusahaan tersebut adalah membantu pengusaha antar dua negara menjalin kerja sama strategis dan saling menguntungkan. Indolink mengaku mengambil peran sebagai agen bisnis perusahaan Indonesia di Israel.
Bahkan perusahaan tersebut berjanji memberi layanan menyeluruh bagi importir dan distributor Indonesia yang tertarik bekerja sama dengan pemasok dari Israel. Fasilitas yang mereka berikan mulai dari penjajakan produk, negosiasi harga, perjanjian kerja sama hingga transaksi. Hubungan bisnis dan dagang antar dua negara telah dijalankan sejak dibukanya hubungan dagang secara resmi dan legal sejak 2001.
Fakta lain yang tidak bisa dibantah adalah kepergoknya beberapa tokoh politik dan pejabat dari Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia saat perayaan Kemerdekaan Israel ke-64 pada 26 April lalu. Salah satunya, Politisi Partai Golkar, Ferry Mursidan Baldan yang bersama istrinya hadir pada Peringatan Hari Kemerdekaan Israel di gedung School of the Arts, Singapura.
Jadi bukan lagi rahasia, bahwa agen-agen politik dan ekonomi Israel telah bercokol di bumi Indonesia yang mayoritas Muslim dan menolak status negara Israel. Lebih mirisnya lagi, agen-agen tersebut berasal dari tokoh dan pejabat kaum Muslimin juga.
Indonesia yang jumlah penduduknya sangat besar hingga 240 juta jiwa dan mayoritas adalah kaum Muslim sepertinya menjadi target utama Israel. Lobi dan rayuan dari pejabat-pejabat Yahudi Israel telah berlangsung cukup lama.
Saat Presiden Republik Indonesia masih dijabat Soeharto, pejabat Israel ini telah berupaya menjalin hubungan bilateral. Misalnya, pada 1996 saat Israel ingin membuka hubungan bilateral, pemerintah Indonesia menolak.
Sebelumnya pada Juni 1993, Menlu Israel, Shimon Peres, melobi Menteri Luar Negeri Ali Alatas di Wina, Indonesia tetap menolak hubungan bilateral itu. Pada 1993 juga, tepatnya 15 Oktober 1993, Perdana Menteri (PM) Israel Yitzhak Rabin belum putus asa ‘menggoda’ Indonesia. Lagi-lagi Pemerintah Indonesia menolak.
Tidak berhasil lewat jalur diplomatik, pemerintah Israel berhasil merayu tokoh-tokoh Indonesia seperti Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Habib Chirzin, dan Djohan Effendi untuk berkunjung ke Israel pada akhir Oktober 1994. Sepulang dari Israel, Gus Dur membuat pernyataan kontroversial. “Sudah waktunya Indonesia menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Dengan demikian kita akan lebih berperan untuk membantu perjuangan bangsa Arab.”
Hubungan kedua negara benar-benar direalisasikan Gus Dur ketika menjadi Presiden Republik Indonesia. Jalinan mesra tersebut berlanjut hingga masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pada 13 September 2003, Menteri Luar Negeri Hassan Wirayudha bertemu dengan Menlu Israel, Silvan Shalom di New York, AS.
Pertahanan Indonesia akhirnya tembus. Bangsa Indonesia kini berada dalam genggaman bangsa Yahudi. Tapi mengapa kaum Muslimin tetap diam?(Hizb Indonesia/BringBackIslam)
Siapa bilang pemerintah Indonesia menolak hubungan dengan negeri Yahudi Israel? Diam-diam Indonesia telah menjalin hubungan erat dalam bidang perdagangan dengan Israel, negeri yang selama ini memusuhi kaum Muslimin. Bahkan jalinan perdagangan antar kedua negara sudah berjalan cukup lama.
Data Kementerian Perdagangan mencatat neraca perdagangan Indonesia-Israel menunjukkan nilai positif. Pada 2007, total perdagangan Indonesia-Israel masih sekitar 124.100 dolar AS. Setahun kemudian meningkat menjadi 116,4 juta dolar AS. Tahun 2009, total perdagangan dua negara mencapai 91.613 juta dolar AS dan kembali meningkat pada 2010 menjadi 117,5 juta dolar AS.
Meski pada 2011 menunjukkan, total perdagangan Indonesia-Israel mengalami penurunan hanya mencapai 69,6 juta dolar AS. Tapi tahun ini diperkirakan akan meningkat cukup besar. Sebab, hingga pertengahan tahun sudah mencapai 79 juta dolar AS.
Fakta lainnya adalah catatan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan ada sembilan jenis buah impor yang berasal dari Israel. Bahkan pada Juni 2012 lalu, ada impor 20,6 ton buah kurma senilai 191.300 dolar AS asal Israel. Dua bulan sebelumnya, ada impor jeruk Shantang masuk Indonesia sebanyak 0,666 ton dengan nilai 709 dolar AS juga dari Israel.
Anehnya, Menteri Perdagangan Gita Wiryawan malah membantah bahwa Indonesia tidak mempunyai hubungan perdagangan dengan negeri Yahudi tersebut. Tapi dari data tersebut membuktikan kedua negara sudah bekerja sama dalam bidang perdagangan sejak lama. Sebab, data tidak bisa berkata bohong.
Jika data perdagangan kedua negara sudah tercatat sejak 2007, maka setidaknya perjanjian sudah berlangsung sebelumnya. Ternyata memang benar. Pada tahun 2006, Ketua KADIN saat itu Mohammad Hidayat telah meneken perjanjian perdagangan Indonesia-Israel.
Salah satu perusahaan ekspor-impor yang menjalin hubungan dagang dengan Israel adalah Indolink. Perusahaan tersebut bermarkas di Israel. Dalam profil perusahaan disebutkan, visi dan misi perusahaan tersebut adalah membantu pengusaha antar dua negara menjalin kerja sama strategis dan saling menguntungkan. Indolink mengaku mengambil peran sebagai agen bisnis perusahaan Indonesia di Israel.
Bahkan perusahaan tersebut berjanji memberi layanan menyeluruh bagi importir dan distributor Indonesia yang tertarik bekerja sama dengan pemasok dari Israel. Fasilitas yang mereka berikan mulai dari penjajakan produk, negosiasi harga, perjanjian kerja sama hingga transaksi. Hubungan bisnis dan dagang antar dua negara telah dijalankan sejak dibukanya hubungan dagang secara resmi dan legal sejak 2001.
Fakta lain yang tidak bisa dibantah adalah kepergoknya beberapa tokoh politik dan pejabat dari Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia saat perayaan Kemerdekaan Israel ke-64 pada 26 April lalu. Salah satunya, Politisi Partai Golkar, Ferry Mursidan Baldan yang bersama istrinya hadir pada Peringatan Hari Kemerdekaan Israel di gedung School of the Arts, Singapura.
Jadi bukan lagi rahasia, bahwa agen-agen politik dan ekonomi Israel telah bercokol di bumi Indonesia yang mayoritas Muslim dan menolak status negara Israel. Lebih mirisnya lagi, agen-agen tersebut berasal dari tokoh dan pejabat kaum Muslimin juga.
Indonesia yang jumlah penduduknya sangat besar hingga 240 juta jiwa dan mayoritas adalah kaum Muslim sepertinya menjadi target utama Israel. Lobi dan rayuan dari pejabat-pejabat Yahudi Israel telah berlangsung cukup lama.
Saat Presiden Republik Indonesia masih dijabat Soeharto, pejabat Israel ini telah berupaya menjalin hubungan bilateral. Misalnya, pada 1996 saat Israel ingin membuka hubungan bilateral, pemerintah Indonesia menolak.
Sebelumnya pada Juni 1993, Menlu Israel, Shimon Peres, melobi Menteri Luar Negeri Ali Alatas di Wina, Indonesia tetap menolak hubungan bilateral itu. Pada 1993 juga, tepatnya 15 Oktober 1993, Perdana Menteri (PM) Israel Yitzhak Rabin belum putus asa ‘menggoda’ Indonesia. Lagi-lagi Pemerintah Indonesia menolak.
Tidak berhasil lewat jalur diplomatik, pemerintah Israel berhasil merayu tokoh-tokoh Indonesia seperti Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Habib Chirzin, dan Djohan Effendi untuk berkunjung ke Israel pada akhir Oktober 1994. Sepulang dari Israel, Gus Dur membuat pernyataan kontroversial. “Sudah waktunya Indonesia menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Dengan demikian kita akan lebih berperan untuk membantu perjuangan bangsa Arab.”
Hubungan kedua negara benar-benar direalisasikan Gus Dur ketika menjadi Presiden Republik Indonesia. Jalinan mesra tersebut berlanjut hingga masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pada 13 September 2003, Menteri Luar Negeri Hassan Wirayudha bertemu dengan Menlu Israel, Silvan Shalom di New York, AS.
Pertahanan Indonesia akhirnya tembus. Bangsa Indonesia kini berada dalam genggaman bangsa Yahudi. Tapi mengapa kaum Muslimin tetap diam?(Hizb Indonesia/BringBackIslam)
0 Response to "RI-Israel Mesra dalam Perdagangan"
Posting Komentar