Kenapa Harus Memperjuangkan Khilafah?



Oleh : Asep abdul rahman

Manusia ibarat sebuah produk

Manusia mirip sebuah produk. Mirip sebuah alat elektronik atau barang lainnya, misalnya laptop. Adanya laptop pasti ada yang membuatnya. Dan tentu jika kita mengetahui tentang produk harus ada aturan atau tatacara pakai agar sebuah produk itu bisa berjalan sebagaimana mestinya. Begitupun sebuah laptop, agar bisa berjalan dengan baik, maka harus ada aturan, harus ada tatacara pakai agar laptop itu berjalan dengan baik. Hanya saja, yang jadi pertanyaan aturan itu, tatacara pakai itu darimana?? Maka tentu jawaban yang paling tepat adalah dari pabrik yang membuatnya. Dari perusahaan yang membuat produk itu. Laptop merek A akan berjalan sesuai aturan yang dikeluarkan oleh pabrik A. Karena pabrik itu yang paling tau kondisinya, umur pakainya dan seluruh kondisi komponen yang ada di laptop tersebut. Apa jadinya jika sebuah laptop menggunakan aturan pakai laptop merek B atau aturan pakai mesin cuci? Niscaya yang terjadi adalah kerusakan.


Manusia Cipataan Allah SWT

Begitupun manusia, kita meyakini betul bahwa kita diciptakan oleh Allah SWT Dzat Yang Maha Adil, Dzat Yang Maha Sempurna, Dzat Yang Maha Agung. Allah SWT Maha tau diri kita, paling tau kebutuhan kita dan paling tahu kelemahan kita. Hanya saja, ketika manusia tidak menggunakan aturan kehidupan dari Dzat Yang Maha Adil, dari Dzat Yang Maha Sempurna, dari Dzat Yang Maha Agung maka kehidupan ini niscaya akan mengalami kerusakan, ketimpangan, ketidakadilan dan berbagai jenis kesengsaraan yang menghimpit manusia.

Lihatlah ketika sumberdaya alam yang melimpah di negeri kita dirampok oleh para kapital! Entah swasta bahkan Asing? Biaya rumah sakit yang sangat mahal? Biaya pendidikan yang semakin mahal? Kasus pembunuhan yang tidak pernah berhenti? Aborsi dimana-mana? Narkoba telah menjamur? Aurat yang senantiasa bisa dengan mudah kita jumpai! Dan berbagai bentuk penympangan dan kemaksiatan yang sering kita lihat dan dengar! Semua problematika ini pada hakikatnya terjadi ketika aturan yang mengatur manusia bukan dari pabriknya, bukan berasal dari yang menciptakan manusia, bukan dari Allah SWT.

Allah menciptakan Manusia sekaligus dengan Aturan-Nya

Allah SWT menciptakan manusia dilengkapi dengan syariat-Nya, dilengkapi dengan aturannya. Tujuannya agar seperti tadi yang dijelaskan. Yaitu bisa berjalan dengan baik, dengan nyaman dan tentram. Itulah ISLAM.

Syariat Islam turun dalam bentuk 3 dimensi. Dan kita wajib menjalankan seluruh aturan ini secara sempurna. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Maka demi Rabbmu, sekali-kali mereka belumlah beriman sampai mereka menjadikanmu (hai Muhammad) sebagai hakim di dalam perselisihan yang terjadi di antara mereka, kemudian mereka tidak mendapati rasa berat di dalam hati mereka, dan mereka pun pasrah dengan sepenuhnya. (QS. an-Nisa’: 65)


وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yg mukmin & tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah & Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah & Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (Qs. Al Ahzab Ayat  : 36)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

Hai orang-orang yg beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, & janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yg nyata bagimu. (QS. Al Baqarah : 208)

Syariat Islam yang 3 dimensi itu adalah Hablumminallah, hablumminannafsi, hablumminannas.

Dimensi yang pertama (hablumminallah/ hubungan manusia dengan Allah) mencakup aqidah (keyakinan kita, mencakup rukun iman) dan Ibadah (amalan)

Dimensi yang kedua (Hablumminannafsi/hubungan manusia dengan dirinya sendiri) mellingkupi makanan, minuman, akhlaq, pakaian dst.

Dimensi yang ketiga (Hablumminanannas/hubungan manusia dengan manusia lain), dimensi ini merupakan dimensi yang paling luas, paling banyak cakupannya.meliputi sistem pemerintahan, sistem ekonomi, sistem sosial, sistem pidana, sistem pendidikan, politik luar negeri.

Pertanyaanya adalah apakah kita sudah menerapkan syariat Islam seluruhnya? Dimensi yang pertama bisa kita tunaikan, begitupun dimensi yang kedua bisa kita laksanakan. Hanya saja dimansi yang ketiga belum kita laksanakan.

Jadi ada syariat yang itu bisa dilaksanakan oleh pribadi atau kelompok, ada juga yang itu harus melalui adanya institusi negara. Itulah dimensi yang ketiga yang secara mutlak memerlukan adanya negara. Sistem ekonomi, sosial, pendidikan, politik luar negeri, sistem pidana dan sistem yang lain akan berjalan ketika memang ada institusi negara. Itulah Daulah Khilafah Islamiyah. Bukan republik dengan sistem demokrasinya, bukan kerajaan, bukan perdana menteri bukan pula federasi. Tetapi Khilafah Islamiyah.

Pertanyyaan besar bagi kita, konseskuensi apa yang akan diterima kaum Muslimin yang tidak menerapkan Syariat Islam? Konsekuensinya adalah kita tetap menanggung dosa hingga kita mau berjuang menegakkan kembali syariat Islam; atau hingga kita melaksanakan syariat Islam secara kaffah. Dan konsekuensi yang lain adalah kita mendapatkan kesulitan dan himpitan hidup, berbagai macam problem yang mendera manusia dikarenakan tidak diterapkan syariat Allah.

Inilah hakikat kenapa kita memperjuangkan syariah dalam bingkai pemerintahan Islam, dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiyyah. Alasannya semata-mata dorongan aqidah kita! Bukan yang lain. Dengan adanya daulah khilafah islamiyyah kita bisa mengerjakan syariat dimensi yang ketiga. Kita bisa menjalankan sistem ekonomi, mejalanjkan sistem pidana, menjalankan sistem pemerintahan dan yang lainnya. Inilah muslim yang kaffah. Yang menjalankan seluruh syariat Islam, hakikat dari Taqwa. Adapun kesejahteraan yang bisa kita rasakan dalam naungan Khilafah itu karena memang balasan dari Allah SWT.

Mudah mudahan setelah ini kita sama-sama komtmen untuk terus berjuang demi meraih ketaqwaan yang hakiki, yaitu mengerjakan seluruh aturannya dan menjauhi seluruh larangannya. Tentu predikat taqwa ini akan sangat mudah diraih ketika kita berada dalam lingkungan yang mendukung. Dan lingkungan itu adalah daulah khilafah islamiyah. Dan terakhir mudah-mudahan kita bisa sama-sama memperjuangkan daulah khilafah islamiyah yang semenjak 3 maret 1924 M sampai sekarang tiada.(www.bringislam.web.id)

0 Response to "Kenapa Harus Memperjuangkan Khilafah? "

Posting Komentar