Kartu Jakarta Sehat atau KJS (IST)
Kartu Jakarta Sehat (KJS) milik Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo atau Jokowi hanya bohong karena terbukti tidak bisa membantu warga ibukota berobat ke rumah sakit. Dalam beberapa kasus, pemilik KJS ditolak rumah sakit bahkan meninggal dunia.
Demikian dikatakan Ketua Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI) Marius Widjajarta kepada itoday, Senin (11/03).
Kata Marius, Jokowi dengan dinas kesehatan hobinya hanya mengancam rumah sakit yang tidak mau menerima KJS, tetapi tidak dilihat masalah dasar KJS itu.
"Nampak sekali jokowi panik, mengusulkan sistem online, padahal tidak ada jaminan online itu akan memperbaiki KJS. Pembuatan online itu membutuhkan biaya juga yang cukup besar," papar Marius.
Marius menceritakan pemerintahan Pekanbaru menggunakan PT Askes dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Kata Marius, PT Askes yang dijalankan pemerintahan Pekanbaru lebih baik daripada KJS milik Jokowi.
"Dua minggu saya di Pekanbaru, saya sampling PT Askes. saya monitoring di sana lebih bagus daripada KJS, intinya ada penjamin, sistemnya jelas. Di Pekanbaru, rujukan dari puskesmas ditawarkan pasien mau di rumah sakit swasta atau negeri.
Kata Marius pelayanan kesehatan di Pekanbaru lebih bagus daripada di Jakarta."PT Askes sudah punya online dari Aceh sampai Jayapura," pungkas Marius.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Ana Mudrika (14), warga Jalan Inspeksi Kali Cakung Lama, RT 02 RW 10, Sukapura, Cilincing, Jakarta Utara, tak tertolong setelah tak mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak.
Padahal, anak ketiga dari pasangan suami istri Endang Rukmana (48) dan Royati (38), merupakan pasien pemegang KJS. Namun demikian, KJS tidak menjadi jaminan, pasalnya Ana sempat ditolak beberapa rumah sakit hingga akhirnya pasien meninggal dunia Sabtu (09/03) sekitar pukul 09.00 WIB.
Demikian dikatakan Ketua Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI) Marius Widjajarta kepada itoday, Senin (11/03).
Kata Marius, Jokowi dengan dinas kesehatan hobinya hanya mengancam rumah sakit yang tidak mau menerima KJS, tetapi tidak dilihat masalah dasar KJS itu.
"Nampak sekali jokowi panik, mengusulkan sistem online, padahal tidak ada jaminan online itu akan memperbaiki KJS. Pembuatan online itu membutuhkan biaya juga yang cukup besar," papar Marius.
Marius menceritakan pemerintahan Pekanbaru menggunakan PT Askes dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Kata Marius, PT Askes yang dijalankan pemerintahan Pekanbaru lebih baik daripada KJS milik Jokowi.
"Dua minggu saya di Pekanbaru, saya sampling PT Askes. saya monitoring di sana lebih bagus daripada KJS, intinya ada penjamin, sistemnya jelas. Di Pekanbaru, rujukan dari puskesmas ditawarkan pasien mau di rumah sakit swasta atau negeri.
Kata Marius pelayanan kesehatan di Pekanbaru lebih bagus daripada di Jakarta."PT Askes sudah punya online dari Aceh sampai Jayapura," pungkas Marius.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Ana Mudrika (14), warga Jalan Inspeksi Kali Cakung Lama, RT 02 RW 10, Sukapura, Cilincing, Jakarta Utara, tak tertolong setelah tak mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak.
Padahal, anak ketiga dari pasangan suami istri Endang Rukmana (48) dan Royati (38), merupakan pasien pemegang KJS. Namun demikian, KJS tidak menjadi jaminan, pasalnya Ana sempat ditolak beberapa rumah sakit hingga akhirnya pasien meninggal dunia Sabtu (09/03) sekitar pukul 09.00 WIB.
[itoday/www.bringislam.web.id]
0 Response to "Telan Korban, KJS Jokowi Tak Berarti"
Posting Komentar