Melanjutkan pengkhianatan nenek moyang rezim Saudi kepada umat, kerajaan Saudi mempersilahkan Badan Intelijen Amerika (CIA) mengoperasikan pangkalan udara rahasia di negara itu selama dua tahun terahir.
Pangkalan udara yang namanya tidak disebutkan itu dibangun untuk memburu apa yang oleh pihak Barat disebut teroris al Qaida di Yaman. Label teroris dan al Qaida selama ini kerap kali digunakan negara imperialis Amerika untuk melegitimasi pembunuhannya terhadap umat Islam. Padahal yang dimaksud Amerika dengan teroris adalah siapa saja yang menentang penjajahan Amerika di negeri Islam.
Dari pangkalan rahasia terpencil di Arab Saudi, CIA melancarkan serangan dengan pesawat tak berawak dengan sasaran pejuang-pejuang Islam di Yaman yang dituding sebagai teroris. Termasuk telah membunuh Anwar al Awlaki, ulama kritis yang menentang penjajahan Amerika di dunia Islam.
Tindakan Saudi ini lagi-lagi membuktikan pengkhianan rezim otoriter ini terhadap umat. Negara ini telah berkerjasama dengan negara imperialis seperti Amerika Serikat dan sekutunya untuk membunuh kaum muslim. Sama halnya ketika Saudi membolehkan berdirinya pangkalan militer Amerika di negara itu saat perang Teluk. Dari pangkalan militer itulah Amerika menyerang Irak dan membunuh banyak umat Islam di sana.
Sebelumnya surat kabar Inggris “The Times” mengutip dari sumber-sumber intelijen AS pada hari Jum’at (4/1) mengatakan Arab Saudi melancarkan beberapa serangan udara ke Yaman. Laporan tersebut menunjukkan beberapa misi yang dilakukan oleh Angkatan Udara Saudi sangat membantu pesawat tak berawak (drone) AS dalam melancarkan serangannya.
Pasca mundur Saleh dari kekuasaan , Amerika ingin memperluas pengaruhnya di Yaman, untuk menggeser pengaruh Inggris yang telah mengakar. Seperti biasa, Amerika menggunakan label perang melawan terorisme , perang melawan al Qaida sebagai pembenaran.
Pada faktanya, seperti yang dilakukan oleh Amerika dengan pesawat tanpa awaknya di Afghanistan dan Pakistan, dan Somali, rakyat sipil diantara nya anak-anak dan wanitalah yang menjadi korban kebiadaan serangan Amerika. Dalam serangan drone AS pada selasa (22/1) setidaknya tiga orang terbunuh di provinsi Yaman utara al-Jawf, dekat perbatasan Saudi. Dilaporkan beberapa orang lain juga cedera
Sehari sebelum itu empat orang terbunuh dalam serangan udara AS di provinsi Yaman tengah Marib, sebelah timur laut dari ibukota Sana’a, Senin. Serangan brutal itu terjadi dua hari setelah aksi serupa yang menewaskan delapan orang. Menurut kantor berita AFP, serangan hari Selasa itu menyebabkan 32 orang tewas akibat serangan drone pembunuh AS di Yaman sejak 24 Desember lalu.
Pengkhianatan Penguasa Muslim
Sama halnya dengan Saudi , pemerintah Yaman sendiri telah memuluskan kejahatan Amerika terhadap kaum muslimin. Saba News Agency, kantor berita resmi pemerintah Yaman telah menyatakan secara eksplisit pada bulan Juni 2012 adanya dialog Mayjen Ahmad Ashwal (Kepala Staf Umum Yaman) dengan pihak AS yang diwakili oleh Direktur Perencanaan Komando Gabungan Amerika, Brigadir Geoffrey Smith. Saat itu, Ashwal benar-benar menghargai dukungan teman-teman Amerikanya untuk tentara Yaman dengan memuji kemitraan antara kedua negara.
Pengkhianatan penguasa negeri Islam yang berkerjasama dengan Amerika tampak dari laporan Open Society Foundation (OSF), Selasa, 5 Februari 2013. Lembaga itu meluncurkan hasil studi berjudul “Globalizing Torture: CIA Extraordinary Rendition and Secret Detention”. Studi ini menyoroti program rendition (pemindahan seseorang ke negara lain tanpa melalui proses hukum) dan penahanan rahasia yang dilakukan dinas rahasia Amerika Serikat, CIA, paska serangan teroris 11 September 2001 ke negara itu. Partner CIA dalam program rahasia ini 54 negara, termasuk Indonesia.
Negara-negara yang menjadi partner CIA dalam program rahasia tersebut: Afganistan, Albania, Aljazair, Australia, Austria, Azerbaijan, Belgia, Bosnia-Herzegovina, Kanada, Kroasia, Cyprus, Republik Ceko, Denmark, Djibouti, Mesir, Ethiopia, Finlandia, Gambia, Georgia, Jerman, Yunani, Hongkong, Islandia, Indonesia, Iran, Irlandia, Yordania, Kenya, Libya, Lithuania, Macedonia, Malawi, Malaysia, Mauritania, Moroko, Pakistan, Polandia, Portugal, Romania, Arab Saudi, Somalia, Afrika Selatan, Spanyol, Sri Lanka, Swedia, Suriah, Thailand, Turki, Uni Emirat Arab, Inggris, Uzbekistan, Yaman, dan Zimbabwe.
Inilah pengkhianatan Saudi, Yaman, dan penguasa negeri Islam lainnya. Memperkuat pengaruh AS, melokalisir revolusi, menghancurkan negeri dan menumpahkan darah kaum Muslim dengan dalih memerangi terorisme.(AF dari berbagai sumber)
Box : Sejarah Pengkhianatan al-Saud
Pengkhiatan telah berakar dalam di tubuh Kerajaan Saudi, sejak keluarga Saudi memainkan peran langsungnya atas kehancuran Khilafah dan pembentukan negara Israel. Kantor Kementerian Luar Negeri Inggris melakukan kontak-kontak dengan Ibnu Saud tahun 1851 untuk berhubungan dengan pihak-pihak yang dianggap pantas untuk menjadi penentang Khilafah yang beribukota di Istanbul.
Keluarga Saudi pada saat itu adalah segerombolan bandit yang terlibat dalam percekcokan kesukuan, namun dengan uang dan senjata dari Inggris Ibnu Saud mampu memperkuat posisinya di semenanjung Arab Ketika itu Inggris menginginkan sekutunya di wilayah itu untuk memberikan pijakan pada wilayah Kekhalifahan Usmaniah yang sedang sekarat. Sebagai imbalannya, Ibnu Saud menginginkan bantuan logistik dan militer Inggris untuk mengacaukan Kekhalifahan dari dalam.
Inggris memberikan Ibnu Saud sedikit subsidi yang dipakai untuk memperluas dan mempertahankan pasukan Wahabi. Pasukan ini adalah tulang punggung pasukan Ibnu Saud untuk melawan Khilafah. Ibnu Saud berusaha untuk memperoleh legitimasi dengan memakai gerakan Wahabi, pengikut Muhammad ibnu Wahab.
Tahun 1910 keluarga al-Saud menjadi orang-orang yang lebih penting lagi bagi Inggris ketika mereka memberontak terhadap Kekhalifahan Usmani. Dengan dukungan Inggris , Ibnu Saud menyerang saudara sepupunya Ibnu Rashid yang mendukung Khilafah. Subsidi yang tadinya kecil menjadi bertambah dan sekomplotan penasihat dikirim untuk membantu gerakan Ibnu Saud meruntuhkan Khilafah dari dalam. (rz/www.khilafah.com)
Pangkalan udara yang namanya tidak disebutkan itu dibangun untuk memburu apa yang oleh pihak Barat disebut teroris al Qaida di Yaman. Label teroris dan al Qaida selama ini kerap kali digunakan negara imperialis Amerika untuk melegitimasi pembunuhannya terhadap umat Islam. Padahal yang dimaksud Amerika dengan teroris adalah siapa saja yang menentang penjajahan Amerika di negeri Islam.
Dari pangkalan rahasia terpencil di Arab Saudi, CIA melancarkan serangan dengan pesawat tak berawak dengan sasaran pejuang-pejuang Islam di Yaman yang dituding sebagai teroris. Termasuk telah membunuh Anwar al Awlaki, ulama kritis yang menentang penjajahan Amerika di dunia Islam.
Tindakan Saudi ini lagi-lagi membuktikan pengkhianan rezim otoriter ini terhadap umat. Negara ini telah berkerjasama dengan negara imperialis seperti Amerika Serikat dan sekutunya untuk membunuh kaum muslim. Sama halnya ketika Saudi membolehkan berdirinya pangkalan militer Amerika di negara itu saat perang Teluk. Dari pangkalan militer itulah Amerika menyerang Irak dan membunuh banyak umat Islam di sana.
Sebelumnya surat kabar Inggris “The Times” mengutip dari sumber-sumber intelijen AS pada hari Jum’at (4/1) mengatakan Arab Saudi melancarkan beberapa serangan udara ke Yaman. Laporan tersebut menunjukkan beberapa misi yang dilakukan oleh Angkatan Udara Saudi sangat membantu pesawat tak berawak (drone) AS dalam melancarkan serangannya.
Pasca mundur Saleh dari kekuasaan , Amerika ingin memperluas pengaruhnya di Yaman, untuk menggeser pengaruh Inggris yang telah mengakar. Seperti biasa, Amerika menggunakan label perang melawan terorisme , perang melawan al Qaida sebagai pembenaran.
Pada faktanya, seperti yang dilakukan oleh Amerika dengan pesawat tanpa awaknya di Afghanistan dan Pakistan, dan Somali, rakyat sipil diantara nya anak-anak dan wanitalah yang menjadi korban kebiadaan serangan Amerika. Dalam serangan drone AS pada selasa (22/1) setidaknya tiga orang terbunuh di provinsi Yaman utara al-Jawf, dekat perbatasan Saudi. Dilaporkan beberapa orang lain juga cedera
Sehari sebelum itu empat orang terbunuh dalam serangan udara AS di provinsi Yaman tengah Marib, sebelah timur laut dari ibukota Sana’a, Senin. Serangan brutal itu terjadi dua hari setelah aksi serupa yang menewaskan delapan orang. Menurut kantor berita AFP, serangan hari Selasa itu menyebabkan 32 orang tewas akibat serangan drone pembunuh AS di Yaman sejak 24 Desember lalu.
Pengkhianatan Penguasa Muslim
Sama halnya dengan Saudi , pemerintah Yaman sendiri telah memuluskan kejahatan Amerika terhadap kaum muslimin. Saba News Agency, kantor berita resmi pemerintah Yaman telah menyatakan secara eksplisit pada bulan Juni 2012 adanya dialog Mayjen Ahmad Ashwal (Kepala Staf Umum Yaman) dengan pihak AS yang diwakili oleh Direktur Perencanaan Komando Gabungan Amerika, Brigadir Geoffrey Smith. Saat itu, Ashwal benar-benar menghargai dukungan teman-teman Amerikanya untuk tentara Yaman dengan memuji kemitraan antara kedua negara.
Pengkhianatan penguasa negeri Islam yang berkerjasama dengan Amerika tampak dari laporan Open Society Foundation (OSF), Selasa, 5 Februari 2013. Lembaga itu meluncurkan hasil studi berjudul “Globalizing Torture: CIA Extraordinary Rendition and Secret Detention”. Studi ini menyoroti program rendition (pemindahan seseorang ke negara lain tanpa melalui proses hukum) dan penahanan rahasia yang dilakukan dinas rahasia Amerika Serikat, CIA, paska serangan teroris 11 September 2001 ke negara itu. Partner CIA dalam program rahasia ini 54 negara, termasuk Indonesia.
Negara-negara yang menjadi partner CIA dalam program rahasia tersebut: Afganistan, Albania, Aljazair, Australia, Austria, Azerbaijan, Belgia, Bosnia-Herzegovina, Kanada, Kroasia, Cyprus, Republik Ceko, Denmark, Djibouti, Mesir, Ethiopia, Finlandia, Gambia, Georgia, Jerman, Yunani, Hongkong, Islandia, Indonesia, Iran, Irlandia, Yordania, Kenya, Libya, Lithuania, Macedonia, Malawi, Malaysia, Mauritania, Moroko, Pakistan, Polandia, Portugal, Romania, Arab Saudi, Somalia, Afrika Selatan, Spanyol, Sri Lanka, Swedia, Suriah, Thailand, Turki, Uni Emirat Arab, Inggris, Uzbekistan, Yaman, dan Zimbabwe.
Inilah pengkhianatan Saudi, Yaman, dan penguasa negeri Islam lainnya. Memperkuat pengaruh AS, melokalisir revolusi, menghancurkan negeri dan menumpahkan darah kaum Muslim dengan dalih memerangi terorisme.(AF dari berbagai sumber)
Box : Sejarah Pengkhianatan al-Saud
Pengkhiatan telah berakar dalam di tubuh Kerajaan Saudi, sejak keluarga Saudi memainkan peran langsungnya atas kehancuran Khilafah dan pembentukan negara Israel. Kantor Kementerian Luar Negeri Inggris melakukan kontak-kontak dengan Ibnu Saud tahun 1851 untuk berhubungan dengan pihak-pihak yang dianggap pantas untuk menjadi penentang Khilafah yang beribukota di Istanbul.
Keluarga Saudi pada saat itu adalah segerombolan bandit yang terlibat dalam percekcokan kesukuan, namun dengan uang dan senjata dari Inggris Ibnu Saud mampu memperkuat posisinya di semenanjung Arab Ketika itu Inggris menginginkan sekutunya di wilayah itu untuk memberikan pijakan pada wilayah Kekhalifahan Usmaniah yang sedang sekarat. Sebagai imbalannya, Ibnu Saud menginginkan bantuan logistik dan militer Inggris untuk mengacaukan Kekhalifahan dari dalam.
Inggris memberikan Ibnu Saud sedikit subsidi yang dipakai untuk memperluas dan mempertahankan pasukan Wahabi. Pasukan ini adalah tulang punggung pasukan Ibnu Saud untuk melawan Khilafah. Ibnu Saud berusaha untuk memperoleh legitimasi dengan memakai gerakan Wahabi, pengikut Muhammad ibnu Wahab.
Tahun 1910 keluarga al-Saud menjadi orang-orang yang lebih penting lagi bagi Inggris ketika mereka memberontak terhadap Kekhalifahan Usmani. Dengan dukungan Inggris , Ibnu Saud menyerang saudara sepupunya Ibnu Rashid yang mendukung Khilafah. Subsidi yang tadinya kecil menjadi bertambah dan sekomplotan penasihat dikirim untuk membantu gerakan Ibnu Saud meruntuhkan Khilafah dari dalam. (rz/www.khilafah.com)
0 Response to "Pangkalan Rahasia CIA: Bukti Pengkhianatan Saudi"
Posting Komentar