Hanya Khilafah Yang Akan Menghilangkan Ancaman Tingginya Inflasi



Rupee, sebagaimana mata uang lainnya seperti Dolar dan Poundsterling, pada awalnya didukung oleh logam mulia. Dalam kasus Dollar dukungan itu adalah emas dan dalam kasus Rupee dukungannya adalah perak. Sistem ini menstabilkan nilai unit moneter baik secara internal di dalam negeri maupun eksternal pada perdagangan internasional. Saat ini, ada jumlah emas dan perak yang cukup di dunia untuk dapat mendukung ekonomi yang sesungguhnya, transaksi seperti membeli dan menjual makanan, pakaian, tempat berlindung, kemewahan, mesin-mesin manufaktur, teknologi dan sebagainya. Namun, karena praktek-praktek kapitalis permintaan untuk mencetak uang melampaui jumlah pasokan emas dan perak. Pemerintah meninggalkan standar logam mulia, sehingga mata uang hanya didukung oleh otoritas negara, yang memungkinkan dicetaknya yang lebih banyak tanpa didukung sepenuhnya oleh emas dan perak, sehingga uang menjadi tidak berharga, atau hampir tidak berharga. Meskipun klaim palsu meyakinkan pemerintah suatu yang berlawanan, Rupee yang jatuh nilainya secara terus-menerus, menyebabkan kenaikan besar dalam harga. Namun, pemerintah terus mencetak lebih banyak uang tanpa peduli konsekuensinya yang mengerikan, dengan sibuk menggali liang lahat bagi urat nadi perekonomian – yakni mata uang.


Kapitalisme memberikan mandat manipulasi kepada suku bunga untuk mengendalikan perekonomian. Bank-bank swasta menggunakan uang deposan dan menyimpannya pada bank pemerintah Pakistan dalam rekening khusus untuk memperoleh tingkat bunga yang lebih tinggi. Karena Bank Negara tidak punya uang yang lebih untuk membayar kembali bunga kepada bank-bank swasta itu, maka Bank Negara “menciptakan uang” dengan mencetak lebih banyak uang, untuk membayar bunga kepada bank-bank pemilik deposito itu.
Saldo kebijakan perdagangan kapitalis melalui devaluasi Rupee juga menyebabkan inflasi. Menjadi sebuah negara pengimpor dengan basis manufaktur yang lemah, Pemerintah kapitalis Pakistan mengawasi devaluasi Rupee sesuai dengan perintah IMF. Hal ini diklaim dilakukan terutama dilakukan untuk mengatasi masalah neraca perdagangan Pakistan. Namun, dengan mendevaluasi Rupee, Pemerintah Pakistan meningkatkan biaya input produksi, sehingga menyebabkan kekacauan di sektor pertanian, tekstil, dan lainnya yang sudah terhuyung-huyung oleh kebijakan suku bunga yang tinggi. Oleh karena itu, tingginya biaya pinjaman bersama dengan kenaikan biaya produksi, menyebabkan banyak industri dan perusahaan tidak dapat bersaing di tingkat internasional.
Islam telah mengamanatkan bahwa mata uang negara harus didukung oleh kekayaan logam mulia, sehingga mengakhiri akar penyebab inflasi. Islam mendefinisikan mata uang negara sebagai Dinar Emas seberat 4.25 gram, dan Dirham Perak seberat 2.975 gram. Inilah sebabnya mengapa Khilafah menikmati harga yang stabil selama lebih dari seribu tahun. Kembali ke standar emas dan perak bagi umat Islam adalah suatu hal yang sungguh praktis. Negeri-negeri Muslim di mana Daulah Khilafah akan timbul banyak mengandung sumber daya emas dan perak, seperti Sandaik dan Reko Diq di Pakistan.
Khilafah di masa datang akan memperkuat dan menstabilkan mata uangnya dengan dukungan kekayaan yang riil, yakni emas dan perak, untuk mengakhiri inflasi yang secara pasti telah melumpuhkan rumah tangga, industri dan pertanian.
Untuk mendapatkan rincian lebih lanjut tentang hal ini lihat kebijakan ekonomi yang lengkap dan artikel yang relevan dari konstitusi negara Khilafah dalam buku: Manifesto of Hizb ut-Tahrir for Pakistan (Khilafah.com,16/2)

0 Response to "Hanya Khilafah Yang Akan Menghilangkan Ancaman Tingginya Inflasi"

Posting Komentar