Pasca peristiwa bom Mapolres Poso (03/06), aparat Densus 88 dibantu aparat kepolisian setempat secara intensif menggelar operasi terbuka dan tertutup.
"Tak pelak akhirnya operasi Densus 88 melahirkan kondisi ketidaknyamanan bagi masyarakat Poso, apalagi cara-cara yang dipertontonkan oleh aparat Densus 88 cenderung arogan," kata Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya kepada itoday, Selasa (11/06).
Kata Harits, tindakan-tindakan law enforcement mengedepankan kekerasan dengan target orang yang baru terduga berujung pada kematian target, membuat masyarakat Poso marah. Bahkan menarget Mapolres Poso menjadi sasaran amuk.
"Tidak lain karena ulah aparat Densus 88 main tembak terduga hanya dengan alasan membahayakan petugas di lapangan. Dari Mabes Polri seperti biasa bagian penerangan/Humasnya (Brigjen.Pol, Boy Rafli Amar) juga memberikan keterangan di depan insan media tentang kronologi dan alasan aparat keamanan kenapa harus melumpuhkan target hingga tewas," ujar Harits.
Menurut Harits, dari keterangan aparat kepolisian, media hanya mengaminkan saja bahkan seperti TvOne mengambil peran untuk memutar balik fakta serta bernafsu menyudutkan masyarakat Poso dan mendewakan aparat Densus 88.
Berdasarkan penelusuran CIIA di lapangan didapatkan fakta realita yang berbeda. Berikut kronologi peristiwa kekerasan aparat Densus 88 di Poso, Senen (10/06) yang menawaskan Ahmad Nudin:
1. Sekitar Pukul 15.35 WITA terduga yang bernama Ahmad Nudin mengendarai motor Revo DN 4159 EI yang sudah dibuntuti oleh aparat Densus 88 melintas di Jalan. P Seram.Terduga pulang dari Sholat Ashar di Masjid al Muhajirin.
2. Sekitar pukul 15.40 WITA ketika target (terduga) sampai di Jalan. P Irian tepatnya di depan lorong Jalan P. Seribu, motor dengan pengendaranya (terduga) tersebut ditabrak oleh Densus 88 dengan mobil yang telah membuntuti sebelumnya.
3. Setelah motor dan terduga terjatuh yang berjumlah dua orang sempat melarikan diri masuk kea rah lorong P.Seribu.
4. Karena melihat terduga lari, kemudian Densus 88 melepaskan tembakan sebanyak 7 kali lebih. Dan akhirnya 1 (satu) orang berhasil ditangkap dengan luka tembak di beberapa bagian. Dan 1 (satu) lagi berhasil melarikan diri.
5. Sementara sepeda motor yang dipakai oleh terduga tertinggal di TKP dan kemudian diamankan oleh anggota koramil Poso kota.
6. Akhirnya berita menyebar ke masyarakat Poso dan membuat situasi memanas karena bunyi tiang listrik dipukul bertalu-talu oleh massa.Hingga pukul 20.00 WITA bentrok terjadi antara warga Muslim Poso dengan bersenjatakan batu menghadapi aparat kepolisian dan TNI di desa Kayamanya.
7. Bahkan kemudian sebagian masyarakat yang marah atas tindakan aparat Densus 88 bergerak ke arah Mapolres Poso dengan membakar ban bekas.
8. Masyarakat yang bergerak ke arah Mapolres Poso menuntut jenazah salah satu korban tewas tetapi tidak dipenuhi.
9. Temuan di lapangan warga Poso yang tewas (Ahmad Nudin) yang dituduh teroris dieksekusi Densus 88 dalam kondisi tidak berdaya. Korban tidak dalam posisi melawan untuk menembak petugas atau mengeluarkan tembakan seperti yang di ungkapkan Brigjen Boy Rafli di Jakarta, tapi fakta yang terjadi adalah terduga melarikan diri.
Dan korban tidak sama sekali bersenjata seperti yang dituduhkan oleh aparat dan diaminkan oleh media TV. Bahkan TvOne mengumbar kebohongan ke publik dengan menuduh terduga yang tewas telah melepas tembakan 6 (enam) kali. Ini dusta semua. [itoday/www.bringislam.web.id]
"Tak pelak akhirnya operasi Densus 88 melahirkan kondisi ketidaknyamanan bagi masyarakat Poso, apalagi cara-cara yang dipertontonkan oleh aparat Densus 88 cenderung arogan," kata Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya kepada itoday, Selasa (11/06).
Kata Harits, tindakan-tindakan law enforcement mengedepankan kekerasan dengan target orang yang baru terduga berujung pada kematian target, membuat masyarakat Poso marah. Bahkan menarget Mapolres Poso menjadi sasaran amuk.
"Tidak lain karena ulah aparat Densus 88 main tembak terduga hanya dengan alasan membahayakan petugas di lapangan. Dari Mabes Polri seperti biasa bagian penerangan/Humasnya (Brigjen.Pol, Boy Rafli Amar) juga memberikan keterangan di depan insan media tentang kronologi dan alasan aparat keamanan kenapa harus melumpuhkan target hingga tewas," ujar Harits.
Menurut Harits, dari keterangan aparat kepolisian, media hanya mengaminkan saja bahkan seperti TvOne mengambil peran untuk memutar balik fakta serta bernafsu menyudutkan masyarakat Poso dan mendewakan aparat Densus 88.
Berdasarkan penelusuran CIIA di lapangan didapatkan fakta realita yang berbeda. Berikut kronologi peristiwa kekerasan aparat Densus 88 di Poso, Senen (10/06) yang menawaskan Ahmad Nudin:
1. Sekitar Pukul 15.35 WITA terduga yang bernama Ahmad Nudin mengendarai motor Revo DN 4159 EI yang sudah dibuntuti oleh aparat Densus 88 melintas di Jalan. P Seram.Terduga pulang dari Sholat Ashar di Masjid al Muhajirin.
2. Sekitar pukul 15.40 WITA ketika target (terduga) sampai di Jalan. P Irian tepatnya di depan lorong Jalan P. Seribu, motor dengan pengendaranya (terduga) tersebut ditabrak oleh Densus 88 dengan mobil yang telah membuntuti sebelumnya.
3. Setelah motor dan terduga terjatuh yang berjumlah dua orang sempat melarikan diri masuk kea rah lorong P.Seribu.
4. Karena melihat terduga lari, kemudian Densus 88 melepaskan tembakan sebanyak 7 kali lebih. Dan akhirnya 1 (satu) orang berhasil ditangkap dengan luka tembak di beberapa bagian. Dan 1 (satu) lagi berhasil melarikan diri.
5. Sementara sepeda motor yang dipakai oleh terduga tertinggal di TKP dan kemudian diamankan oleh anggota koramil Poso kota.
6. Akhirnya berita menyebar ke masyarakat Poso dan membuat situasi memanas karena bunyi tiang listrik dipukul bertalu-talu oleh massa.Hingga pukul 20.00 WITA bentrok terjadi antara warga Muslim Poso dengan bersenjatakan batu menghadapi aparat kepolisian dan TNI di desa Kayamanya.
7. Bahkan kemudian sebagian masyarakat yang marah atas tindakan aparat Densus 88 bergerak ke arah Mapolres Poso dengan membakar ban bekas.
8. Masyarakat yang bergerak ke arah Mapolres Poso menuntut jenazah salah satu korban tewas tetapi tidak dipenuhi.
9. Temuan di lapangan warga Poso yang tewas (Ahmad Nudin) yang dituduh teroris dieksekusi Densus 88 dalam kondisi tidak berdaya. Korban tidak dalam posisi melawan untuk menembak petugas atau mengeluarkan tembakan seperti yang di ungkapkan Brigjen Boy Rafli di Jakarta, tapi fakta yang terjadi adalah terduga melarikan diri.
Dan korban tidak sama sekali bersenjata seperti yang dituduhkan oleh aparat dan diaminkan oleh media TV. Bahkan TvOne mengumbar kebohongan ke publik dengan menuduh terduga yang tewas telah melepas tembakan 6 (enam) kali. Ini dusta semua. [itoday/www.bringislam.web.id]
0 Response to "Inilah Teror Keji Densus 88 Pasca Bom Mapolres Poso"
Posting Komentar