HTI Press. Indonesia negeri Muslim yang gemah ripah loh jinawi tata tentrem kertoraharjo ternyata masih dalam ancaman penjajahan yang luar biasa. Negara-negara kapitalis asing berebut “makanan” di negeri Zamrud Khatulistiwa dengan mengeruk segala macam sumber daya alam yang melimpah.
Anehnya, kehadiran para penjajah asing itu tidak disadari sepenuhnya oleh sebagian umat Islam, sehingga lambat laut potensi besar umat ini telah berhasil “diduduki” para kapitalis asing.
Demikianlah gambaran global aksi teatrikal Kapal Layar Khilafah, Ahad (26/5) di Stadion 10 Nopember, Surabaya.
Gambaran awal, teatrikal yang digelar dalam Muktamar Khilafah Jawa Timur itu berupa kehidupan yang rusak akibat penerapan sekularisme, demokrasi, liberalisme yang bercokol di bumi nusantara. Dengan kekuatan sistem negara, kapitalisme berhasil “berjualan” produk ideologi mereka dengan membungkus rapai melalui demokrasi, HAM, pluralisme, dan sinkretisme.
Dengan berbagai “cashing” terlihat menarik, tidak sedikit umat Islam di bumi nusantara tersebut terkecoh dan menerima ideologi rusak tersebut.
Secara perlahan dan strategi yang cukup menarik, penetrasi ideologi itu semakin merasuki berbagai sendi kehidupan bangsa. Akhirnya, secara pelan, ideologi ini berhasil meracuni umat Islam.
Akibatnya, “Kapal Indonesia” tenggelam dengan berbagai kemaksiatan, seks bebas, kejahatan seksual, kriminalitas, korupsi, perampokan kekayaan alam, dan berbagai malapetaka lainnya memperburuk citra bangsa Indonesia.
Sayangnya, dalam keterpurukan itu, umat Islam tidak “berani” melakukan perlawanan. Hati mereka tersayat-sayat dengan hegemoni asing, batin umat Islam teriris-iris karena hukum-hukum Allah tidak bisa diterapkan di tengah-tengah umat Islam terbesar di dunia ini. Dan, secara kasat mata, lahir umat Islam di Indonesia terpenjara dengan belenggu kapitalisme yang kian mencengkeramnya begitu kuat.
Berbagai upaya membangkitkan umat Islam terus dilakukan. Sayang, upaya itu belum membuahkan hasil. Sebab, umat Islam masih berjuang sendiri-sendiri, belum ada kesatuan untuk bersama-sama bergerak menyadari akan keterpurukannya. Umat Islam belum memiliki persepsi yang sama tentang kenyataan yang dihadapi dirinya bahwa mereka masih terjajah oleh ideologi asing, kapitalisme.
Sebagian mereka, tidak menyadari jika umat Islam memiliki ideologi Islam sebagai pengatur semua bidang kehidupan. Ayat-ayat Allah yang mewajibkan umat Islam untuk menerapkannya secara kaffah belum sepenuhnya disadari urgensi dan kebutuhannya bagi umat.
Tahun berganti, zaman berubah, di antara umat Islam mulai menyadari keterpurukan itu akibat mereka meninggalkan aturan Allah SWT. Mereka kemudian berusaha secara terus-menerus berdakwah sebagai implementasi kewajiban menerapkan hukum-hukum Allah sebagai rahmatan lil alamin.
Gemuruh gelora penerapan Syariah dan Khilafah terus membahana di bumi nusantara. Kapal Indonesia yang sudah terasuki dengan “penyakit ideologis” kapitalisme perlahan mendapatkan perlawanan dari umat Islam.
Umat semakin sadar bahwa Syariah dan Khilafah adalah solusi bagi segala problematika kehidupan umat manusia. Islam yang rahmatan lil alamin hanya akan tercipta dengan penerapan Islam secara kaffah dengan penegakan Khilafah.
Dengan bangkitnya umat Islam dari ketersadarannya itu, “Perahu Indonesia” yang terpuruk berhasil dibawa ke arah yang lebih baik, dengan “Perahu Khilafah Islamiyah”.
Umat Islam dan umat lain akhirnya dapat merasakan hidup damai di bawah naungan Islam, yakni Islam yang rahmatan lil alamin setelah ditegakkan Syariah melalui Institusi Khilafah Islamiyah.
Bersamaan dengan selesainya teatrikal, ribuan peserta berkali-kali meneriakkan takbir. Bersamaan dengan bergeloranya takbir, kibaran bendera Al Liwa dan Ar Raya bertuliskan Laa Ilaaha Illallah berkibar menyelimuti Gelora 10 Nopember Tambaksari Surabaya. Mereka dengan semangat menyambut takbir dan teriakan ajakan penegakan Khilafah Islamiyah.
Teatrikal ini menggambarkan semangat Umat Islam di Jawa Timur yang berasal dari berbagai kalangan menyambut gembira dan mencintai kembalinya penegakan Syariah dan Khilafah di seluruh penjuru nusantara.
Gambaran “Perahu Khilafah” tersebut membahana seiring dengan gemuruh semarak suara umat Islam di Indonesia yang di bulan Rajab ini menggemakan Muktamar Khilafah yang digelar HTI di 31 kota besar di Nusantara. Allahu……Akbar……
Puncak Muktamar Khilafah akan di gelar pada Ahad, tanggal 2 Juni 2013 di Gelora Bung Karno Jakarta ini akan disiarkan secara streaming melalui situs resmi Hizbut Tahrir Indonesia di www.hizbut-tahrir.or.id dan juga di Beranda situs kami www.bringislam.web.id.
[]MI Jatim/Joy
Anehnya, kehadiran para penjajah asing itu tidak disadari sepenuhnya oleh sebagian umat Islam, sehingga lambat laut potensi besar umat ini telah berhasil “diduduki” para kapitalis asing.
Demikianlah gambaran global aksi teatrikal Kapal Layar Khilafah, Ahad (26/5) di Stadion 10 Nopember, Surabaya.
Gambaran awal, teatrikal yang digelar dalam Muktamar Khilafah Jawa Timur itu berupa kehidupan yang rusak akibat penerapan sekularisme, demokrasi, liberalisme yang bercokol di bumi nusantara. Dengan kekuatan sistem negara, kapitalisme berhasil “berjualan” produk ideologi mereka dengan membungkus rapai melalui demokrasi, HAM, pluralisme, dan sinkretisme.
Dengan berbagai “cashing” terlihat menarik, tidak sedikit umat Islam di bumi nusantara tersebut terkecoh dan menerima ideologi rusak tersebut.
Secara perlahan dan strategi yang cukup menarik, penetrasi ideologi itu semakin merasuki berbagai sendi kehidupan bangsa. Akhirnya, secara pelan, ideologi ini berhasil meracuni umat Islam.
Akibatnya, “Kapal Indonesia” tenggelam dengan berbagai kemaksiatan, seks bebas, kejahatan seksual, kriminalitas, korupsi, perampokan kekayaan alam, dan berbagai malapetaka lainnya memperburuk citra bangsa Indonesia.
Sayangnya, dalam keterpurukan itu, umat Islam tidak “berani” melakukan perlawanan. Hati mereka tersayat-sayat dengan hegemoni asing, batin umat Islam teriris-iris karena hukum-hukum Allah tidak bisa diterapkan di tengah-tengah umat Islam terbesar di dunia ini. Dan, secara kasat mata, lahir umat Islam di Indonesia terpenjara dengan belenggu kapitalisme yang kian mencengkeramnya begitu kuat.
Berbagai upaya membangkitkan umat Islam terus dilakukan. Sayang, upaya itu belum membuahkan hasil. Sebab, umat Islam masih berjuang sendiri-sendiri, belum ada kesatuan untuk bersama-sama bergerak menyadari akan keterpurukannya. Umat Islam belum memiliki persepsi yang sama tentang kenyataan yang dihadapi dirinya bahwa mereka masih terjajah oleh ideologi asing, kapitalisme.
Sebagian mereka, tidak menyadari jika umat Islam memiliki ideologi Islam sebagai pengatur semua bidang kehidupan. Ayat-ayat Allah yang mewajibkan umat Islam untuk menerapkannya secara kaffah belum sepenuhnya disadari urgensi dan kebutuhannya bagi umat.
Tahun berganti, zaman berubah, di antara umat Islam mulai menyadari keterpurukan itu akibat mereka meninggalkan aturan Allah SWT. Mereka kemudian berusaha secara terus-menerus berdakwah sebagai implementasi kewajiban menerapkan hukum-hukum Allah sebagai rahmatan lil alamin.
Gemuruh gelora penerapan Syariah dan Khilafah terus membahana di bumi nusantara. Kapal Indonesia yang sudah terasuki dengan “penyakit ideologis” kapitalisme perlahan mendapatkan perlawanan dari umat Islam.
Umat semakin sadar bahwa Syariah dan Khilafah adalah solusi bagi segala problematika kehidupan umat manusia. Islam yang rahmatan lil alamin hanya akan tercipta dengan penerapan Islam secara kaffah dengan penegakan Khilafah.
Dengan bangkitnya umat Islam dari ketersadarannya itu, “Perahu Indonesia” yang terpuruk berhasil dibawa ke arah yang lebih baik, dengan “Perahu Khilafah Islamiyah”.
Umat Islam dan umat lain akhirnya dapat merasakan hidup damai di bawah naungan Islam, yakni Islam yang rahmatan lil alamin setelah ditegakkan Syariah melalui Institusi Khilafah Islamiyah.
Bersamaan dengan selesainya teatrikal, ribuan peserta berkali-kali meneriakkan takbir. Bersamaan dengan bergeloranya takbir, kibaran bendera Al Liwa dan Ar Raya bertuliskan Laa Ilaaha Illallah berkibar menyelimuti Gelora 10 Nopember Tambaksari Surabaya. Mereka dengan semangat menyambut takbir dan teriakan ajakan penegakan Khilafah Islamiyah.
Teatrikal ini menggambarkan semangat Umat Islam di Jawa Timur yang berasal dari berbagai kalangan menyambut gembira dan mencintai kembalinya penegakan Syariah dan Khilafah di seluruh penjuru nusantara.
Gambaran “Perahu Khilafah” tersebut membahana seiring dengan gemuruh semarak suara umat Islam di Indonesia yang di bulan Rajab ini menggemakan Muktamar Khilafah yang digelar HTI di 31 kota besar di Nusantara. Allahu……Akbar……
Puncak Muktamar Khilafah akan di gelar pada Ahad, tanggal 2 Juni 2013 di Gelora Bung Karno Jakarta ini akan disiarkan secara streaming melalui situs resmi Hizbut Tahrir Indonesia di www.hizbut-tahrir.or.id dan juga di Beranda situs kami www.bringislam.web.id.
[]MI Jatim/Joy
0 Response to "Indonesia Terjajah, Kapal Perubahan Digerakkan"
Posting Komentar