Berapa lama orang bisa bertahan hidup tanpa makanan? Peneliti mengatakan, orang dapat bertahan hidup sampai tiga bulan bila kelaparan, jika metabolisme tubuh mengubah cara kerjanya. Tapi jika orang tidak mampu mengubah metabolisme tubuh karena a.l. sakit infeksi, kematian terjadi lebih cepat.
Evolusi mempersiapkan manusia untuk fase tubuh bertahan hidup tanpa persediaan makanan yang mencukupi. Sampai dua bahkan tiga bulan seseorang dapat bertahan hidup tanpa makanan. Dengan syarat ia cukup minum dan sehat, demikian ujar Profesor Joachim Gardemann pada Fakultas Biologi Manusia dan Bantuan Humaniter pada Universitas Münster Jerman.
"Kelaparan bukanlah penyakit melainkan kemampuan tubuh manusia. Karena dari pandangan para pakar kesehatan, lapar adalah strategi bertahan hidup yang penting pada organisme manusia,” ujarnya dikutip, dw.de Selasa (25/12/2012).
Apa yang diketahui para ilmuwan tentang lapar sebagian besar berdasarkan eksperimen yang tidak lagi terbayangkan dapat dilakukan pada masa kini. Setiap komisi etika akan segera melarangnya.
Pertengahan tahun 1940-an ilmuwan Amerika Serikat Ancel Keys menyelidiki apa yang terjadi pada manusia jika lapar. 36 peserta uji coba selama tiga bulan hanya mengkonsumsi separuh kalori dari yang biasanya dibutuhkan. Target Key adalah setiap peserta uji coba selama tiga bulan tersebut kehilangan 25 persen berat badannya.
Terutama pengaruh psikis dari lapar berkepanjangan ditunjukkan secara jelas. Banyak pria menarik diri dan menjadi apatis. Rasa lapar menutupi minat lainnya, sehingga mereka hanya tertarik akan hal-hal yang berkaitan dengan makanan. Beberapa peserta bahkan bermimpi tentang kanibalisme.
Bila Kelaparan Otak Mengatur Strategi
Menurut Gardemann, yang berperan utama pada tubuh manusia saat merasa lapar adalah pusat rasa lapar di hypotalamus. Pusat metabolisme di otak menjadi aktif segera setelah tingkat kadar gula dalam darah menurun. Bagian otak ini terutama berfungsi mengaktifkan produksi hormon stress adrenalin, agar manusia melakukan segala cara untuk berhasil mencari makanan. Jika tidak ada makanan yang masuk, otak melakukan strategi kedua.
Agar dapat berfungsi, otak memerlukan zat gula yakni glukosa. Meskipun volume otak hanya meliputi dua persen berat tubuh manusia, otak memerlukan sekitar separuh dari kebutuhan glukosa seluruh tubuh. Jadi otak berusaha mengamankan seluruh persediaan glukosa bagi kebutuhannya. Tanpa insulin, glukosa tidak dapat sampai ke otot. Jadi otak memberi isyarat untuk menghentikan produksi insulin. Hasilnya otot tidak memperoleh insulin. Otak mengendalikan metabolisme sedemikian rupa agar otak itu sendiri dapat bertahan hidup.
Setiap organ tubuh pada saat kelaparan menurun beratnya sekitar 50 persen dari berat sebelumnya sampai akhirnya mati. Tapi tidak demikian halnya dengan otak. Ia hanya menurun beratnya dua sampai empat persen. Tidak heran jika otak menyimpan secara istimewa cadangan glukosa. Jika kurang makan berlangsung terus-menerus tubuh akan merambah protein untuk memproduksi energi. Tindakan ini juga merugikan otot-otot yang sebagian besar terdiri dari protein. Otot tidak lain adalah penyimpan protein. Mula-mula orang masih dapat mentolerir dengan berkurangnya volume otot.
Tubuh Menghemat Energi Bila Lapar
Setelah 8 sampai 10 hari tubuh akan mengubah metabolismenya ke apa yang disebut program penghematan energi. Aktivitas-aktivitas akan menurun ke tingkat terendah. Frekuensi jantung, tekanan darah dan suhu tubuh menurun.
Selain itu tubuh akan mengambil simpanan lemak. Untuk itu tubuh membangun asam lemak menjadi apa yang disebut keton atau senyawa lemak dalam tubuh. Keton ini adalah sumber energi paling penting dan membuat orang yang menderita kelaparan masih dapat bertahan hidup, karena keton adalah satu-satunya unsur yang masih dapat dikonsumsi otak selain glukosa.
Jika kelaparan berkepanjangan, makin banyak dampak negatif yang muncul. Fungsi penahan pada kulit melemah, demikian juga sistim kekebalan tubuh, penyakit makin mudah menyerang. Yang paling buruk bahwa tubuh juga mengubah otot-otot jantung perlahan-lahan menjadi makanan bagi otak. Demikian pula organ-organ tubuh penting lainnya, karena organ tubuh sebagian besar terdiri dari protein. Setelah beberapa waktu manusia tinggal tulang dan kulit. Anak-anak terlihat sama seperti orangtua. Orang meninggal karena organ tubuh gagal berfungsi. Sering kali jantung yang mula-mula berhenti berfungsi.
Menurutnya, orang hanya dapat bertahan hidup maksimal tiga bulan jika program metabolisme tubuh mengubah cara kerjanya seperti itu. Namun menurut Gardemann kasus yang terjadi tidak selalu demikian. Jika seseorang menderita malaria, AIDS atau penyakit lainnya, ia memiliki unsur pemicu peradangan dalam darah, sehingga pankreas tetap melepaskan insulin. Dan itu berarti metabolisme lapar tidak terjadi. Dampaknya dalam waktu singkat tubuh mengkonsumsi seluruh protein, tidak terbentuk keton sebagai pengirim energi, dan cadangan lemak tubuh tetap tidak terpakai. Dengan amat cepat seluruh protein yang dimiliki manusia untuk bertahan hidup tersedot seluruhnya untuk memenuhi kebutuhan glukosa otak. Anak kecil yang tidak mampu mengubah metabolisme tubuhnya karena sakit infeksi misalnya, dalam beberapa pekan sudah meninggal.*
hidayatullah
"Kelaparan bukanlah penyakit melainkan kemampuan tubuh manusia. Karena dari pandangan para pakar kesehatan, lapar adalah strategi bertahan hidup yang penting pada organisme manusia,” ujarnya dikutip, dw.de Selasa (25/12/2012).
Apa yang diketahui para ilmuwan tentang lapar sebagian besar berdasarkan eksperimen yang tidak lagi terbayangkan dapat dilakukan pada masa kini. Setiap komisi etika akan segera melarangnya.
Pertengahan tahun 1940-an ilmuwan Amerika Serikat Ancel Keys menyelidiki apa yang terjadi pada manusia jika lapar. 36 peserta uji coba selama tiga bulan hanya mengkonsumsi separuh kalori dari yang biasanya dibutuhkan. Target Key adalah setiap peserta uji coba selama tiga bulan tersebut kehilangan 25 persen berat badannya.
Terutama pengaruh psikis dari lapar berkepanjangan ditunjukkan secara jelas. Banyak pria menarik diri dan menjadi apatis. Rasa lapar menutupi minat lainnya, sehingga mereka hanya tertarik akan hal-hal yang berkaitan dengan makanan. Beberapa peserta bahkan bermimpi tentang kanibalisme.
Bila Kelaparan Otak Mengatur Strategi
Menurut Gardemann, yang berperan utama pada tubuh manusia saat merasa lapar adalah pusat rasa lapar di hypotalamus. Pusat metabolisme di otak menjadi aktif segera setelah tingkat kadar gula dalam darah menurun. Bagian otak ini terutama berfungsi mengaktifkan produksi hormon stress adrenalin, agar manusia melakukan segala cara untuk berhasil mencari makanan. Jika tidak ada makanan yang masuk, otak melakukan strategi kedua.
Agar dapat berfungsi, otak memerlukan zat gula yakni glukosa. Meskipun volume otak hanya meliputi dua persen berat tubuh manusia, otak memerlukan sekitar separuh dari kebutuhan glukosa seluruh tubuh. Jadi otak berusaha mengamankan seluruh persediaan glukosa bagi kebutuhannya. Tanpa insulin, glukosa tidak dapat sampai ke otot. Jadi otak memberi isyarat untuk menghentikan produksi insulin. Hasilnya otot tidak memperoleh insulin. Otak mengendalikan metabolisme sedemikian rupa agar otak itu sendiri dapat bertahan hidup.
Setiap organ tubuh pada saat kelaparan menurun beratnya sekitar 50 persen dari berat sebelumnya sampai akhirnya mati. Tapi tidak demikian halnya dengan otak. Ia hanya menurun beratnya dua sampai empat persen. Tidak heran jika otak menyimpan secara istimewa cadangan glukosa. Jika kurang makan berlangsung terus-menerus tubuh akan merambah protein untuk memproduksi energi. Tindakan ini juga merugikan otot-otot yang sebagian besar terdiri dari protein. Otot tidak lain adalah penyimpan protein. Mula-mula orang masih dapat mentolerir dengan berkurangnya volume otot.
Tubuh Menghemat Energi Bila Lapar
Setelah 8 sampai 10 hari tubuh akan mengubah metabolismenya ke apa yang disebut program penghematan energi. Aktivitas-aktivitas akan menurun ke tingkat terendah. Frekuensi jantung, tekanan darah dan suhu tubuh menurun.
Selain itu tubuh akan mengambil simpanan lemak. Untuk itu tubuh membangun asam lemak menjadi apa yang disebut keton atau senyawa lemak dalam tubuh. Keton ini adalah sumber energi paling penting dan membuat orang yang menderita kelaparan masih dapat bertahan hidup, karena keton adalah satu-satunya unsur yang masih dapat dikonsumsi otak selain glukosa.
Jika kelaparan berkepanjangan, makin banyak dampak negatif yang muncul. Fungsi penahan pada kulit melemah, demikian juga sistim kekebalan tubuh, penyakit makin mudah menyerang. Yang paling buruk bahwa tubuh juga mengubah otot-otot jantung perlahan-lahan menjadi makanan bagi otak. Demikian pula organ-organ tubuh penting lainnya, karena organ tubuh sebagian besar terdiri dari protein. Setelah beberapa waktu manusia tinggal tulang dan kulit. Anak-anak terlihat sama seperti orangtua. Orang meninggal karena organ tubuh gagal berfungsi. Sering kali jantung yang mula-mula berhenti berfungsi.
Menurutnya, orang hanya dapat bertahan hidup maksimal tiga bulan jika program metabolisme tubuh mengubah cara kerjanya seperti itu. Namun menurut Gardemann kasus yang terjadi tidak selalu demikian. Jika seseorang menderita malaria, AIDS atau penyakit lainnya, ia memiliki unsur pemicu peradangan dalam darah, sehingga pankreas tetap melepaskan insulin. Dan itu berarti metabolisme lapar tidak terjadi. Dampaknya dalam waktu singkat tubuh mengkonsumsi seluruh protein, tidak terbentuk keton sebagai pengirim energi, dan cadangan lemak tubuh tetap tidak terpakai. Dengan amat cepat seluruh protein yang dimiliki manusia untuk bertahan hidup tersedot seluruhnya untuk memenuhi kebutuhan glukosa otak. Anak kecil yang tidak mampu mengubah metabolisme tubuhnya karena sakit infeksi misalnya, dalam beberapa pekan sudah meninggal.*
hidayatullah
0 Response to "Manusia Hanya dapat Bertahan Hidup Maksimal Tiga Bulan"
Posting Komentar