JAKARTA - Pergantian tahun baru tinggal menghitung hari, biasanya masyarakat akan menyambutnya dengan perayaan gegap gempita hampir diseluruh dunia. Namun, hal itu pada hakikatnya merupakan merupakan kebiasaan orang-orang kafir. Perayaan malam tahun baru menjadi puncak kemaksiatan. Anak-anak muda melakukan hura-hura, pesta narkoba, hingga seks bebas, dengan alasan merayakan malam tahun baru.
Penegasan itu disampaikan Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Farid Wajdi seperti dilansir itoday (26/12). "Malam tahun baru menjadi puncak kemaksiatan. Anak muda melegitimasi kemaksiatan di tahun baru," tegas Farid.
Farid Wajdi mengingatkan, hura-hura di malam tahun baru menjadi cerminan bahwa kapitalisme semakin dominan. Kapitalisme mengutamakan kepentingan kapital, di mana ada dorongan kuat untuk digelar acara-acara hedonis dan hura-hura. Di balik acara tahun baru ada kepentingan bisnis, mendorong masyarakat untuk membelanjakan uangnya sebanyak-banyaknya.
Menurut Farid, perilaku hedonis kaum muda di malam tahun baru sulit dibendung. Salah satunya penyebabnya, himbauan ulama untuk menghentikan perilaku hedonis tidak tersosialisasikan dengan baik. "Himbauan ulama tidak maksimal karena tidak seimbang dengan sosialiasi ide-ide sekuler dan hedonisme. Media massa, utamanya televisi terlihat gencar mem-blow up acara hura-hura di malam tahun baru," tegas Farid.
Terkait mandulnya himbauan ulama, Farid menegaskan bahwa Indonesia menganut paham negara sekuler dan liberal, sehingga ulama tidak diberikan tempat di antara kepentingan-kepentingan liberal dan sekuler.
"Ada kepentingan politik dan ekonomi dalam perayaan tahun baru, sehingga pemerintah enggan membuat aturan hukum yang melarang hura-hura di malam tahun baru. Kepentingan ekonomi, tahun baru bagi kelompok kapitalis sangat luar biasa bisa meraup keuntungan. Kepentingan politik, yaitu membudayakan budaya hedonis, sekuler untuk menjauhkan anak muda dari ajaran agama," pungkas Farid. (bilal/arrahmah.com)
0 Response to " Farid Wajdi: Tahun baru, puncak kemaksiatan yang didukung media massa"
Posting Komentar