Meskipun cuaca cukup terik namun tidak melunturkan semangat para peserta Muktamar Khilafah untuk tetap berpartisipasi dalam jalannya acara yang berlangsung hingga usai, Ahad (5/5) di Stadion Mandala, Yogyakarta. “Khilafah… khilafah… khilafah… kami inginkan khilafah…,” pekik sekitar sepuluh ribu peserta yang hadir dari berbagai daerah di DIY dan Solo tersebut.
Mereka yang hadir berasal dari berbagai elemen masyarakat, termasuk dosen PTN maupun swasta, ulama dan kyai dari pondok pesantren, pengusaha, mahasiswa, jamaah pengajian, tokoh orpol dan ormas Islam.
Dari Parpol pun ada. “Saya mendukung penuh apa yang diperjuangkan HTI,” ungkap Sukri Fadholi, tokoh PPP DIY.
Mereka hadir baik secara sendiri-sendiri maupun rombongan dengan mobil maupun bus. Sehingga pagi itu stadion Mandala Krida penuh dengan lautan manusia. Selain itu spanduk, rontek-rontek acara muktamar berada di sekitar stadion. Termasuk juga kibaran liwa dan roya di sekeliling stadion menambah semaraknya acara yang bertema Perubahan Besar Dunia Menuju Khilafah tersebut.
Dalam sambutanya Ketua DPD I HTI DIY yang disampaikan Yusuf Mustaqim mengingatkan pentingnya khilafah dan perjuangan untuk menegakkannya. Kemudian orasi diteruskan oleh HM Rasyid Supriyadi.
“Kaum Muslimin saat ini dipimpin oleh rezim-rezim otoritarian (mulkan jabariyan). Dan kini atas izin Allah SWT satu persatu bertumbangan. Dan Insya Allah dalam waktu yang tidak lama lagi khilafah Islam akan tegak. Sebagaimana yang disampaikan dalam sebuah hadis rasulullah SAW!” pekik pengurus HTI DIY tersebut.
Suasana makin terik, namun takbir terus membahana. Orasi dilanjutkan dengan pendetilan metode untuk mewujudkan khilafah yang disampaikan Agus Sidiq Al Bantuli, pengurus HTI DIY.
Dalam kesempatan tersebut hadir juga Dwi Condro Triono yang menyampaikan orasi tentang kerusakan dan bahaya ide demokrasi dan nasionalisme bagi kaum Muslimin.
“Demokrasi adalah ide yang rusak dan terbukti merusak. Dengan ide-ide pentingnya seperti kebebasan, baik kebebasan berperilaku, ataupun kepemilikan, telah menghantarkan Indonesia dengan segudang prestasi kerusakannya,” tegas pengurus DPP HTI tersebut.
Selanjutnya, pengurus HTI DIY Ibnu Alwan mengatakan: “Karenanya dunia harus berubah! Tinggalkan demokrasi, tinggalkan sekat nasionalisme. Terapkan hukum Allah SWT.”
Materi muktamar diakhiri dengan penyampaian pidato politik Hizbut Tahrir Indonesia oleh Pengurus DPP HTI H Muhammad Ihsan Abdul Djalil. Dalam pidato politiknya Hizbut Tahrir menyeru kepada semua hadirin untuk terlibat aktif dalam perjuangan menolong agama Allah. Menegakkan syariah dan khilafah.
Seruan itu semakin digambarkan dengan aksi teatrikal menyusun puzzle 6000 botol. Bahwa manakala semua kalangan terlibat dalam perjuangan, Insya Allah akan mempercepat tegaknya hukum Allah di muka bumi.
Acara ini semakin mengharu biru manakala ditutup dengan bacaan doa. Banyak hadirin yang tak kuasa meneteskan airmata. Mengharapkan kemudahan dari Allah untuk tegaknya aturan-Nya di muka bumi.
“Yaa Rabbanaa…saksikanlah kami telah berjuang. Dan kokohkan kami untuk menjadi salah satu pemolong agamaMu!” ungkap Abdurrahim saat membacakan doa penutup.
Setelah acara berlangsung panitia juga menyediakan waktu untuk konferensi pers. Hadir dalam konferensi pers tersebut wartawan media cetak dan radio di antaranya Kedaulatan Rakyat, RRI, Republika dan Antara.[]Lutfianto/Joy
0 Response to "Warga Yogyakarta Rindu Syariah dan Khilafah"
Posting Komentar