Pengamat Kontraterorisme, Harits Abu Ulya, melontarkan krtik tajam atas opernyataan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj dengan mencirikan terorisme dengan perilaku rajin sholat, puasa, dan hafal qur’an. Bahkan tanpa segan, Said menyebut Abu Bakar Ba’asyir sebagai Khawarij.
Menurut Harits, sikap dan pandangan yang di ungkapkan Said terkait akar terorisme dalam Islam hakikatnya adalah sikap apologis terhadap perang terminologi yang dipropagandakan Barat (USA cs).
“Sikap mental yang kalah dan menerima semua tuduhan dan tikaman Barat melalui tema ‘teroris’ terhadap Islam dan umatnya. Hingga ia terlihat lucu, sibuk mencari legitimasi dalam kazanah Islam,” tandasnya kepada Islampos.com, Kamis (16/5/2013).
Lontaran Said, kata Harits, tidak lebih untuk mengaminkan semua propaganda Barat yang berjudul “war on terrorism” di Indonesia.
Dengan berpandangan seperti, Said Aqil telah memberikan legitimasi pembunuhan secara brutal yang dilakukan Densus 88 selama ini, mangaminkan tindakan-tindakan yang melanggar pakem hukum; menculik, menyiksa, penangkapan tanpa prosedur hukum, “bahkan justifikasi teroris secara serampangan,” paparnya.
Seperti diketahui Said Aqil Siradj mengungkapkan bahwa cikal bakal pemahaman radikalisme dan terorisme sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat. Ia pun menceritakan sosok Dzulkhuwaisir yang begitu sombong menyuruh Rasulullah berbuat adil.
“Nanti dari umatku akan muncul seperti orang ini, hafal Qur’an, dalilnya Qur’an tapi tidak melewati tenggorokannya, artinya tidak paham secara substansif. Mereka itu sejelek-jelek manusia bahkan lebih jelek daripada binatang. Saya tidak termasuk mereka, mereka tidak termasuk kami,” kata Said Aqil Siradj saat menjadi narasumber Dialog Ormas-ormas Islam Dalam Mempertahankan NKRI, di Sahid Hotel, Jakarta Pusat, pada Sabtu (11/5/2013). [islampos/www.bringislam.web.id]
Menurut Harits, sikap dan pandangan yang di ungkapkan Said terkait akar terorisme dalam Islam hakikatnya adalah sikap apologis terhadap perang terminologi yang dipropagandakan Barat (USA cs).
“Sikap mental yang kalah dan menerima semua tuduhan dan tikaman Barat melalui tema ‘teroris’ terhadap Islam dan umatnya. Hingga ia terlihat lucu, sibuk mencari legitimasi dalam kazanah Islam,” tandasnya kepada Islampos.com, Kamis (16/5/2013).
Lontaran Said, kata Harits, tidak lebih untuk mengaminkan semua propaganda Barat yang berjudul “war on terrorism” di Indonesia.
Dengan berpandangan seperti, Said Aqil telah memberikan legitimasi pembunuhan secara brutal yang dilakukan Densus 88 selama ini, mangaminkan tindakan-tindakan yang melanggar pakem hukum; menculik, menyiksa, penangkapan tanpa prosedur hukum, “bahkan justifikasi teroris secara serampangan,” paparnya.
Seperti diketahui Said Aqil Siradj mengungkapkan bahwa cikal bakal pemahaman radikalisme dan terorisme sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat. Ia pun menceritakan sosok Dzulkhuwaisir yang begitu sombong menyuruh Rasulullah berbuat adil.
“Nanti dari umatku akan muncul seperti orang ini, hafal Qur’an, dalilnya Qur’an tapi tidak melewati tenggorokannya, artinya tidak paham secara substansif. Mereka itu sejelek-jelek manusia bahkan lebih jelek daripada binatang. Saya tidak termasuk mereka, mereka tidak termasuk kami,” kata Said Aqil Siradj saat menjadi narasumber Dialog Ormas-ormas Islam Dalam Mempertahankan NKRI, di Sahid Hotel, Jakarta Pusat, pada Sabtu (11/5/2013). [islampos/www.bringislam.web.id]
0 Response to "Said Aqil Siradj, Contoh Orang Bermental Kalah Dan Takluk Kepada Barat"
Posting Komentar