JAKARTA – Tragis betul nasib Dera, bayi yang ditolak delapan rumah sakit, karena keluarga tidak dapat menyiapkan biaya.
Meski ada jaminan kartu sehat dari pemerintah, tetap saja tidak ada yang menerima. Pihak rumah sakit berdalih, mulai dari ruangan penuh, fasilitas tak memadai hingga keluarga dianggap tidak mampu membayar."Saya sudah pakai kartu sehat. Apalagi di Harapan Kita, saya dimarahin katanya 'kalau kamu cari enggak bakalan dapat'. Di rumah sakit swasta dimintain DP Rp 15 juta sampai Rp 12 juta," ungkap Herman – kakek korban -- pilu.Herman pun tak bisa lagi berbuat banyak. Apalagi ayah Dera hanya sebagai pedagang sandal keliling. "Sudah ke Cipto (RSCM), Harapan Kita, RSPP, Fatmawati, Budi Asih.
Alasannya tidak ada peralatan, penuh. Di RSPP kayaknya ragu-ragu semula bilang kamar ada setelah tanya biaya bilang sudah penuh dan enggak ada peralatan," curhatnya.Kematian Dera Nur Anggraini, bayi prematur itu, sangat ironis karena terjadi di Jakarta, di kota besar yang banyak memiliki rumah sakit dan ironisnya lagi, keluarganya memiliki Kartu Jakarta Sehat. Namun, kartu sehat produk pemerintahan Jokowi-Ahok yang digembar-gemborkan menjamin warga untuk mendapatkan pelayanan kesehatan itu ternyata tidak bertaji.Sebanyak delapan rumah sakit telah didatangani orang tua Dera, Sabtu (16/2/2013), namun semuanya menolak memberikan perawatan.
Satu persatu rumah sakit menolaknya dengan alasan semua ruangan sudah terisi penuh. Ilyas Setia Nugroho, sang ayah, tak patah semangat ketika satu rumah sakit menolaknya, ia pun membawa ke rumah sakit yang lain. Namun, nasibnya sama, rumah sakit menolak dengan alasan tak ada ruangan untuk sang bayi.Sebagaimana diberitakan TVOne, pertama kali, ia mendatangi RS Cipto Mangunkusumo, rumah sakit terbesar di Jakarta yang sudah dijamin pasti akan menerima pasien pemegang kartu sehat. RS Cipto menolaknya, lalu Ilyas membawa ke RS Harapan Kita.
Di sini, bayi Dera juga ditolak dan hal sama juga dialaminya di RS Fatmawati.Lima rumah sakit lainnya yang didatangi Ilyas juga menolak dengan cara berbeda-beda, namun alasannya sama, yakni tidak ada ruangan. Ilyas pun putus asa hingga membawa kembali pulang bayi malang itu. Sang bayi akhirnya meninggal dunia dan ironisnya tak sempat mendapat pertolongan sedikitpun dari rumah sakit.Dera, bayi prematur yang memiliki kelainan kerongkongan itu adalah bayi kembar yang lahir dengan berat badan sangat kecil, yakni 1 kg. Sejak lahir, sang bayi memang memiliki kondisi kesehatan yang rapuh. Apalagi, kerongkongannya tidak berfungsi sempurna.Sang bayi dilahirkan di sebuah rumah sakit bersalin di Jagakarsa, Jakarta Selatan. Namun, karena rumah sakit itu tidak mampu menanganinya, maka sang bayi dirujuk ke rumah sakit lain yang lebih besar dan memiliki fasilitas lengkap. Sayangnya, fasilitas lengkap dan kartu sehat itu tidak berarti sama sekali hingga akhirnya Dera harus meninggal dunia.
Jokowi NgibulKartu Jakarta Sehat adalah program jaminan kesehatan yang diterbitkan oleh Pemprov DKI Jakarta di era Jokowi-Ahok. Inilah kartu yang diadopsi oleh Jokowi dari kartu serupa yang ia terapkan di Solo ketika ia menjabat sebagai walikota.Berbekal kartu ini, warga Jakarta bisa mendatangi setiap rumah sakit dan tidak boleh ditolak.
Jokowi sendiri telah menegaskan bahwa tidak ada alasannya lagi bagi rumah sakit untuk menolak pasien pemegang kartu itu. Namun, tentunya hal itu masih di tingkat wacana. Karena ternyata, masih ada pasien yang ditolak hingga akhirnya meninggal dunia tak tertolong, seperti yang terjadi pada Dera.Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Jokowi membagikan langsung kartu Jakarta Sehat ke pemukiman kumuh warga. Jokowi berani memberikan jaminan bahwa tidak akan ada lagi warga miskin yang ditolak berobat oleh pihak rumah sakit setelah diluncurkannya kartu Jakarta Sehat.
Hal itu diutarakan Jokowi saat ditanya tanggapannya mengenai masih adanya warga miskin yang ditolak berobat ke rumah sakit. “Ya nantilah. Kalau sistemnya nanti sudah terbangun, yang Jakarta Sehat. Nanti sistem itu dilaunching, semua rumah sakit akan saya kumpulkan,” ujar Jokowi, (5/11/2012) di Balai Kota.Lalu bagaimana jika setelah peluncuran kartu Jakarta Sehat masih ada rumah sakit yang menolak warga miskin? “Lapor saya lah. Saya tangani langsung. Kalau sistemnya sudah terbangun, yang seperti itu (rumah sakit tolak pasien miskin) pasti tidak akan ada,” cetus Jokowi. [Desastian/dbs/www.globalmuslim.web.id]
Meski ada jaminan kartu sehat dari pemerintah, tetap saja tidak ada yang menerima. Pihak rumah sakit berdalih, mulai dari ruangan penuh, fasilitas tak memadai hingga keluarga dianggap tidak mampu membayar."Saya sudah pakai kartu sehat. Apalagi di Harapan Kita, saya dimarahin katanya 'kalau kamu cari enggak bakalan dapat'. Di rumah sakit swasta dimintain DP Rp 15 juta sampai Rp 12 juta," ungkap Herman – kakek korban -- pilu.Herman pun tak bisa lagi berbuat banyak. Apalagi ayah Dera hanya sebagai pedagang sandal keliling. "Sudah ke Cipto (RSCM), Harapan Kita, RSPP, Fatmawati, Budi Asih.
Alasannya tidak ada peralatan, penuh. Di RSPP kayaknya ragu-ragu semula bilang kamar ada setelah tanya biaya bilang sudah penuh dan enggak ada peralatan," curhatnya.Kematian Dera Nur Anggraini, bayi prematur itu, sangat ironis karena terjadi di Jakarta, di kota besar yang banyak memiliki rumah sakit dan ironisnya lagi, keluarganya memiliki Kartu Jakarta Sehat. Namun, kartu sehat produk pemerintahan Jokowi-Ahok yang digembar-gemborkan menjamin warga untuk mendapatkan pelayanan kesehatan itu ternyata tidak bertaji.Sebanyak delapan rumah sakit telah didatangani orang tua Dera, Sabtu (16/2/2013), namun semuanya menolak memberikan perawatan.
Satu persatu rumah sakit menolaknya dengan alasan semua ruangan sudah terisi penuh. Ilyas Setia Nugroho, sang ayah, tak patah semangat ketika satu rumah sakit menolaknya, ia pun membawa ke rumah sakit yang lain. Namun, nasibnya sama, rumah sakit menolak dengan alasan tak ada ruangan untuk sang bayi.Sebagaimana diberitakan TVOne, pertama kali, ia mendatangi RS Cipto Mangunkusumo, rumah sakit terbesar di Jakarta yang sudah dijamin pasti akan menerima pasien pemegang kartu sehat. RS Cipto menolaknya, lalu Ilyas membawa ke RS Harapan Kita.
Di sini, bayi Dera juga ditolak dan hal sama juga dialaminya di RS Fatmawati.Lima rumah sakit lainnya yang didatangi Ilyas juga menolak dengan cara berbeda-beda, namun alasannya sama, yakni tidak ada ruangan. Ilyas pun putus asa hingga membawa kembali pulang bayi malang itu. Sang bayi akhirnya meninggal dunia dan ironisnya tak sempat mendapat pertolongan sedikitpun dari rumah sakit.Dera, bayi prematur yang memiliki kelainan kerongkongan itu adalah bayi kembar yang lahir dengan berat badan sangat kecil, yakni 1 kg. Sejak lahir, sang bayi memang memiliki kondisi kesehatan yang rapuh. Apalagi, kerongkongannya tidak berfungsi sempurna.Sang bayi dilahirkan di sebuah rumah sakit bersalin di Jagakarsa, Jakarta Selatan. Namun, karena rumah sakit itu tidak mampu menanganinya, maka sang bayi dirujuk ke rumah sakit lain yang lebih besar dan memiliki fasilitas lengkap. Sayangnya, fasilitas lengkap dan kartu sehat itu tidak berarti sama sekali hingga akhirnya Dera harus meninggal dunia.
Jokowi NgibulKartu Jakarta Sehat adalah program jaminan kesehatan yang diterbitkan oleh Pemprov DKI Jakarta di era Jokowi-Ahok. Inilah kartu yang diadopsi oleh Jokowi dari kartu serupa yang ia terapkan di Solo ketika ia menjabat sebagai walikota.Berbekal kartu ini, warga Jakarta bisa mendatangi setiap rumah sakit dan tidak boleh ditolak.
Jokowi sendiri telah menegaskan bahwa tidak ada alasannya lagi bagi rumah sakit untuk menolak pasien pemegang kartu itu. Namun, tentunya hal itu masih di tingkat wacana. Karena ternyata, masih ada pasien yang ditolak hingga akhirnya meninggal dunia tak tertolong, seperti yang terjadi pada Dera.Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Jokowi membagikan langsung kartu Jakarta Sehat ke pemukiman kumuh warga. Jokowi berani memberikan jaminan bahwa tidak akan ada lagi warga miskin yang ditolak berobat oleh pihak rumah sakit setelah diluncurkannya kartu Jakarta Sehat.
Hal itu diutarakan Jokowi saat ditanya tanggapannya mengenai masih adanya warga miskin yang ditolak berobat ke rumah sakit. “Ya nantilah. Kalau sistemnya nanti sudah terbangun, yang Jakarta Sehat. Nanti sistem itu dilaunching, semua rumah sakit akan saya kumpulkan,” ujar Jokowi, (5/11/2012) di Balai Kota.Lalu bagaimana jika setelah peluncuran kartu Jakarta Sehat masih ada rumah sakit yang menolak warga miskin? “Lapor saya lah. Saya tangani langsung. Kalau sistemnya sudah terbangun, yang seperti itu (rumah sakit tolak pasien miskin) pasti tidak akan ada,” cetus Jokowi. [Desastian/dbs/www.globalmuslim.web.id]
0 Response to "Jokowi Ngibul, Kartu Sehat Orang Miskin Ditolak 8 Rumah Sakit"
Posting Komentar